Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Bicara "Merit System", Hidayat Singgung Janji soal Kabinet Transaksional

Kompas.com - 18/01/2019, 13:29 WIB
Jessi Carina,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Hidayat Nur Wahid, melihat ada ketidaksesuaian antara jawaban calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dengan kenyataan di lapangan.

Salah satunya ketika Jokowi bicara tentang pengangkatan pejabat berdasarkan merit system. Hidayat mengatakan hal ini bertentangan dengan kondisi kabinet pemerintahan Jokowi yang menurutnya transaksional.

"Beliau tegas menyampaikan pentingnya merit system dan salah satu di antaranya tidak akan melakukan pembentukan kabinet berdasarkan transaksional. Tetapi siapapun tahu pembentukan kabinet (saat ini) basisnya adalah transaksional," ujar Hidayat di kompleks parlemen, Jumat (18/1/2019).

Baca juga: Prabowo: Bagaimana Tanggapan Pak Jokowi kalau Jabatan Penting Diserahkan ke Kader Parpol?

Padahal, kata Hidayat, pembentukan kabinet yang tidak transaksional adalah janji kampanye Jokowi pada Pilpres 2014. Menurut dia, pernyataan Jokowi mengenai hal ini justru mengonfirmasi janji kampanye yang tidak dijalani.

Hidayat juga menyinggung jaksa agung yang berasal dari kader partai politik. Dalam debat, Jokowi memberi contoh Baharuddin Lopa, jaksa agung yang berasal dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Baca juga: Cegah Korupsi, Jokowi Sebut Rekrutmen Jabatan Publik Harus Berbasis Kompetensi

Hidayat mengatakan pengangkatan Baharuddin tidak bisa disamakan dengan situasi Jokowi saat ini.

"Bedanya adalah dulu Gus Dur ketika mengangkat Pak Baharuddin Lopa, beliau tidak pernah berjanji tidak akan mengangkat jaksa agung dari parpol," kata Hidayat.

"Pak Jokowi beda. Beliau punya beban janji masa lalu ketika kampanye dulu," tambah dia.

Pada Pilpres 2014, setidaknya ada empat janji yang pernah dilontarkan Jokowi terkait kabinet.

Baca juga: Bicara Rekrutmen ASN, Jokowi Beri Contoh Kahiyang Tak Lulus CPNS

Janji-janji itu adalah membentuk kabinet yang tak transaksional, transparan dan partisipatif dalam penentuan menteri, mengangkat menteri yang tidak rangkap jabatan sebagai pengurus partai, dan janji melibatkan KPK dan PPATK untuk memberikan masukan terkait calon menteri. 

Dalam debat tadi malam, Jokowi ditanya calon presiden nomor urut 01 Prabowo Subianto mengenai kader partai yang diberi jabatan tertentu. Menjawab itu, Jokowi mengaku tidak ingin membedakan orang partai maupun non-partai.

"Saya kira, kita tidak boleh mendiskriminasi bahwa sebuah jabatan itu harus diberikan kepada orang partai, atau tidak harus kepada profesional," jawab Jokowi.

Baca juga: Perbedaan Pendapat Jokowi dan Prabowo soal Gaji ASN...

"Jabatan itu yang paling penting adalah merit sistem. Proses rekrutmennya yang betul transparan, mengacu kompetensi, integritas, kapasitas memimpin yang baik," lanjut dia.

Jokowi kemudian mencontohkan salah satu pejabat penegak hukum berintegritas di Indonesia yang berlatar belakang partai politik.

"Misalnya Pak Baharudin Lopa, itu kan dari PPP. Jadi yang penting proses rekrutmen yang benar," ujar Jokowi.

Kompas TV Berbicara tentang politik berbiaya tinggi, Joko Widodo mengatakan bahwa proses rekut berbasis pada kompetensi, bukan finansial bukan pula nepotisme. Untuk jabatan-jabatan politik, ia mengatakan bahwa diperlukan penyederhanaan sistem di dalam partai. Prabowo-Sandi menilai, diperlukannya langkah-langkah yang lebih kongkrit, praktis dan segera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com