Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Telusuri Grup WA yang Diduga Penyebar Hoaks Surat Suara Tercoblos

Kompas.com - 04/01/2019, 17:19 WIB
Reza Jurnaliston,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik Bareskrim Polri sedang berupaya mengidentifikasi siapa yang memproduksi hoaks tujuh kontainer surat suara di media sosial. Salah satunya dengan mendalami grup Whatsapp bernama "Politik Sabana Minang". 

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menjelaskan, penyidik masih melakukan pendalaman terhadap grup WhatsApp tersebut setelah pihaknya menerima laporan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Tim siber sedang mendalami yang membuat dan memviralkan voice (suara) serta narasi ke media sosial. Ini ada beberapa barang bukti, seperti print out grup WhatsApp atas nama Politik Sabana Minang," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2019).

Baca juga: Bawaslu: Kalaupun Ada Pemalsuan Surat Suara, Tak Mungkin Sampai 70 Juta Lembar

Menurut Dedi, grup WA tersebut diduga menjadi tempat beredarnya tulisan dan rekaman suara seputar hoaks surat suara yang telah tercoblos dalam tujuh kontainer dari China di Tanjung Priok.

Tak hanya itu, kata Dedi, dalam waktu dekat penyidik juga akan memanggil saksi ahli.

Saksi ahli itu yakni saksi ahli hukum pidana, ahli bahasa, dan ahli Informasi dan Teknologi (ITE).

“(Pemanggilan saksi ahli) biar lebih mengerucut konstruksi hukumnya dalam rangka untuk menentukan siapa tersangka yang membuat kemudian memviralkan ke media sosial. Itu yang akan dikejar penyidik,” tutur Dedi.

Dedi mengatakan, polisi akan menangani pihak yang diduga ikut aktif dalam memviralkan isu tersebut.

Tim penyidik, kata Dedi, terus bekerja dan sudah merencanakan pemanggilan beberapa saksi.

“Penyidik juga melakukan asas kehati-hatian, yang penting targetnya harus tuntas sampai ke akar-akarnya, sampai aktor intelektualnya. Sebab, ini bisa menggangu proses demokrasi di Indonesia,” ujar Dedi.

Hoaks mengenai tujuh kontainer surat suara pemilu yang sudah tercoblos tersebar melalui sejumlah platform, seperti YouTube dan WhatsApp.

Hoaks itu berupa rekaman suara seorang lelaki yang menyatakan:

"Ini sekarang ada 7 kontainer di Tanjung Priok sekarang lagi geger, mari sudah turun. Dibuka satu. Isinya kartu suara yang dicoblos nomor 1, dicoblos Jokowi. Itu kemungkinan dari Cina itu. Total katanya kalau 1 kontainer 10 juta, kalau ada 7 kontainer 70 juta suara dan dicoblos nomor 1. Tolong sampaikan ke akses, ke pak Darma kek atau ke pusat ini tak kirimkan nomor telepon orangku yang di sana untuk membimbing ke kontainer itu. Ya. Atau syukur ada akses ke Pak Djoko Santoso. Pasti marah kalau beliau ya langsung cek ke sana ya."

Sejumlah netizen juga turut mengunggah informasi ini dan mempertanyakan kebenarannya.

Baca juga: Polisi Amankan Dua Orang yang Diduga Viralkan Surat Suara Tercoblos

Salah satunya Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief, yang mengunggah melalui akun Twitter-nya, @AndiArief_.

"Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yg sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya karena ini kabar sudah beredar," demikian twit Andi Arief.

Namun, unggahan tersebut tak lagi ditemukan. Saat dikonfirmasi, Andi membantah telah menyebarkan hoaks. Ia menyebutkan, yang diunggahnya adalah imbauan agar informasi yang beredar itu dicek kebenarannya.

Kompas TV Kepolisian Republik Indonesia akan mengusut tuntas kasus penyebaran berita hoaks terkait kontainer berisi surat suara tercoblos. Siapapun pelakunya akan diproses hukum. Polisi tengah mengumpulkan barang bukti dalam tahap penyelidikan yang sedang dilakukan. Pasalnya penyebaran berita hoaks ini dianggap berbahaya bagi demokrasi dan keamanan negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com