JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menangkis tudingan bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno.
Kemarin, Rabu (30/8/2018), saat berkunjung ke Menara Kompas, Sandiaga menuding pemerintah ikut campur mengontrol data-data di Badan Pusat Statistik (BPS) terkait kemiskinan dan pengangguran.
Baca juga: Sandiaga Tuding Pemerintah Mengontrol Data Kemiskinan dan Pengangguran
Pengontrolan data itu, kata dia, membuat tingkat kemiskinan dan pengangguran seolah-olah turun, padahal berbeda dengan kenyataan di lapangan.
"Kami tetap berpegang kepada data BPS karena BPS juga punya kredibilitas yang harus kita akui," ujar Puan di Kantor BMKG, Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Puan melanjutkan, BPS adalah badan statistik yang bekerja sesuai aturan-aturan dan standar-standar yang bisa dipertanggung jawabkan.
Baca juga: Bantah SBY soal 100 Juta Orang Miskin, JK Pastikan Data BPS Valid
Dengan rekam jejak BPS, Puan yakin badan statistik nasional itu memiliki kredibilitas sehingga berbagai hasil survei dan penelitiannya bisa dipercaya dan dipertanggung jawabkan.
"Kalau badan statistik nasional enggak kita akui, ya kita mau pakai (data) mana lagi? Karena itu lah yang menjadi acuan dan saya rasa kredibiltas dari BPS itu kita pegang kebenarannya," kata dia.
Sebelumnya Sandiaga mencontohkan data soal kemiskinan yang diklaim menurun ke angka 9,82 persen atau setara dengan 25,95 juta orang per Maret 2018. Ini pertama kalinya persentase penduduk miskin di Indonesia pada level single digit.
Baca juga: Begini Hitung-hitungan Angka Kemiskinan di Indonesia Cara BPS
Namun, Sandiaga mempertanyakan patokan garis kemiskinan yang ditetapkan, yakni Rp 401.220 per kapita per bulan, atau sekitar Rp 13.374 per hari.
"Apa realistis orang di zaman sekarang bisa hidup dengan Rp 13.000 per hari?" kata Sandiaga.
Lalu mengenai tingkat pengangguran yang menurun, Sandiaga juga menegaskan bahwa hitung-hitungan BPS masih mentah.
Baca juga: Kepala BPS soal Tudingan Kemiskinan Naik 50 Persen: Kalau Ngomong Harus Pakai Data...
BPS mencatat terjadi penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dari Februari 2017 sebesar 5,33 persen jadi 5,13 persen pada Februari 2018.
Namun Sandiaga menilai, BPS hanya mengukur tingkat pengangguran terbuka tanpa melihat kualitas pekerjaannya. Menurut Sandiaga, banyak anak muda lulusan diploma dan sarjana yang terpaksa bekerja tidak sesuai dengan bidang dan kemampuannya.