SEMARANG, KOMPAS.com — Analis politik Universitas Diponegoro Semarang, Budi Setiyono, mengingatkan jajaran internal Golkar untuk belajar dari dinamika-dinamika partai itu yang pernah terjadi sebelumnya. Meski banyak persepsi negatif tentang partai berlambang beringin itu, Golkar tetap dinilai memiliki nilai positif yang bisa ditiru partai lain.
"Terlepas positif dan negatif di masa lalu ketika Orde Baru, Golkar sekarang ini sepeninggal Pak Harto patut dijadikan sebagai role model (panutan) sebagai partai modern," katanya di Semarang, Jumat (28/11/2014).
Budi yang merupakan penasihat politik tokoh oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi juga menjelaskan, Partai Golkar tidak asing dengan dinamika di internal partai. Bahkan, tidak jarang dinamika yang terjadi membuat Golkar ditinggalkan kadernya, yang kemudian memilih mendirikan partai baru, seperti Gerindra, Nasional Demokrat, Hanura, dan PKPI.
Namun, Budi melihat Golkar masih menjadi parpol yang kuat dan egaliter, dengan tidak adanya konstelasi elite yang paling dominan. "Konstelasi kubu di Golkar sekarang ini masih sangat berimbang. Ini sebenarnya menjadi pembelajaran bagi kalangan elite Golkar seberapa mampu mengelola organisasi layaknya partai politik modern," katanya.
Budi melanjutkan, para elite Golkar harus mampu menaati dan melaksanakan aturan-aturan internal yang sudah mereka buat sendiri dalam melewati dinamika yang sekarang ini sedang terjadi. Namun, Budi mengingatkan, jika para elite Golkar tidak memiliki kesadaran untuk meletakkan semuanya berdasarkan rule of law yang sudah ada, maka bukan tidak mungkin Golkar akan menjadi parpol yang semakin kerdil.
"Kalau tidak mampu mengelola dinamika yang terjadi sekarang ini, bisa saja Golkar kembali pecah menjadi parpol-parpol kecil lagi. Kalau sampai ini terjadi maka Golkar akan semakin kerdil," tuturnya.
Penentangan terhadap Aburizal yang dituduh memaksakan pelaksanaan musyawarah nasional sebagai cara untuk kembali berkuasa memang memicu konflik di internal Partai Golkar. Beberapa hari lalu, sebagian anggota DPP Partai Golkar membentuk tim penyelamat Partai Golkar, yang bahkan menonaktifkan Aburizal dari jabatan ketua umum. (Baca: Tim Penyelamat Partai Golkar Mengaku Hanya Nonaktifkan Aburizal, Bukan "Kudeta")
Meski begitu, politikus Partai Golkar Nurdin Halid menganggap Aburizal masih dikehendaki untuk memimpin partai berlambang beringin tersebut. Nurdin bahkan mengklaim, peluang Ical terpilih secara aklamasi sangat besar jika para calon ketua umum lainnya tidak hadir pada pemilihan yang digelar dalam munas di Bali. Hingga saat ini, kata Nurdin, hanya Ical yang dipastikan mendapat dukungan penuh dari para pemilik suara.
"Semua harus sesuai mekanisme aturan-aturan itu. Tatib disahkan oleh semua peserta yang punya hak suara. Tidak ada hak yang dipaksakan," ujarnya. (Baca: Nurdin Halid Ingatkan Pesaing Aburizal Contoh PDI-P)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.