Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas Perempuan Temukan Kerentanan Berlapis Perempuan Terpidana Mati

Kompas.com - 26/07/2016, 16:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Komnas Perempuan dalam pemantauannya menemukan fakta kerentanan berlapis yang dialami perempuan pekerja migran yang menjadi terpidana hukuman mati.

Kerentanan berlapis itu berupa indikasi korban perdagangan orang, dan korban sindikasi kejahatan narkoba, serta perlakuan semena-mena dalam proses peradilan di balik hukuman mati.

Pemantauan dilakukan Komnas Perempuan terhadap 12 pekerja migran dan atau keluarga terpidana mati di luar negeri.

(baca: Menurut Jokowi, Eksekusi Mati Harus Dilaksanakan untuk Kepastian Hukum)

Salah satunya terjadi pada Merry Utami, yang ditangkap di Bandara Soekarno Hatta karena membawa 1,1 kilogram heroin. Pengadilan Negeri Tangerang menjatuhkan hukuman mati kepadanya tahun 2003.

Wakil Ketua Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah mengatakan, jaringan perdagangan internasional narkoba menyasar dan memanfaatkan kerentanan perempuan pekerja migran.

Hal itu dikarenakan mereka memiliki paspor dan dokumen untuk bergerak lintas negara dan jauh dari perlindungan keluarga dan negara.

"Modusnya berbagai macam. Mulai dari pendekatan personal, relasi pacaran, penipuan untuk dijadikan kurir," kata Yuniyanti di Komnas Perempuan, Jakarta, Selasa (26/7/2016).

Menurut Yuniyanti, sindikasi narkoba internasional menyasar perempuan muda, perempuan korban kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perempuan miskin, dan perempuan dengan pendidikan maupun informasi terbatas.

"Terpidana mati perempuan dengan tuduhan kejahatan narkoba rentan menjadi korban kekerasan seksual, pemukukan, dikucilkan, dibuang oleh keluarga, dan penghakiman sosial," ucap Yuniyanti.

Menurut Yuniyanti, perempuan pekerja migran yang dijebak menjadi kurir dalam proses, cara dan tujuan ekspolitasi kerap tidak dikenali oleh aparat dan penegak hukum.

"Pengadilan justru mengabaikan dan mempertimbangkan banyaknya kurir yang mengaku sebagai korban, namun tidak diikuti dengan perbaikan sistem investigasi, penyelidikan dan penyidikan memadai dalam pemberantasan narkoba," tutur Yuniyanti.

Kompas TV Presiden: Hukuman Mati Harus Dilaksanakan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Koarmada I Usul Kapal-kapal Berat Ditempatkan di Natuna Utara untuk Patroli

Koarmada I Usul Kapal-kapal Berat Ditempatkan di Natuna Utara untuk Patroli

Nasional
Menko Polhukam Harap Tim 'Reaksi Cepat' Anti-Peretasan Tak Cuma Pajangan

Menko Polhukam Harap Tim "Reaksi Cepat" Anti-Peretasan Tak Cuma Pajangan

Nasional
Peretas PDN Ingin Pulihkan Data Rabu Besok, Pengamat: Jangan Percaya Janji Palsu

Peretas PDN Ingin Pulihkan Data Rabu Besok, Pengamat: Jangan Percaya Janji Palsu

Nasional
KPU Resmi Akomodasi Putusan MA, Batas Usia Kepala Daerah Dihitung saat Pelantikan

KPU Resmi Akomodasi Putusan MA, Batas Usia Kepala Daerah Dihitung saat Pelantikan

Nasional
Jadi Koalisi PDI-P di Pilpres, Perindo Kini Datangi Demokrat untuk Pilkada

Jadi Koalisi PDI-P di Pilpres, Perindo Kini Datangi Demokrat untuk Pilkada

Nasional
KPK Kembangkan Kasus LNG PT Pertamina yang Seret Karen Agustiawan, 2 Orang Jadi Tersangka

KPK Kembangkan Kasus LNG PT Pertamina yang Seret Karen Agustiawan, 2 Orang Jadi Tersangka

Nasional
Saksi Sebut Waskita-Acaset Diprioritaskan Menang Tender Proyek Tol MBZ

Saksi Sebut Waskita-Acaset Diprioritaskan Menang Tender Proyek Tol MBZ

Nasional
Puan Kembali Janji DPR Segera Bahas RUU Perampasan Aset

Puan Kembali Janji DPR Segera Bahas RUU Perampasan Aset

Nasional
KPK Sita Rp 22 M Terkait Gratifikasi Eks Bupati Langkat Terbit Perangin Angin

KPK Sita Rp 22 M Terkait Gratifikasi Eks Bupati Langkat Terbit Perangin Angin

Nasional
Temui DPD RI, AHY Mengaku Bahas Keamanan Data Digital

Temui DPD RI, AHY Mengaku Bahas Keamanan Data Digital

Nasional
2 Faktor Penentu Duet Anies-Andika Perkasa Berlayar pada Pilkada Jakarta

2 Faktor Penentu Duet Anies-Andika Perkasa Berlayar pada Pilkada Jakarta

Nasional
PKB Yakin PKS Masih Buka Ruang Negosiasi untuk Pilkada Jakarta

PKB Yakin PKS Masih Buka Ruang Negosiasi untuk Pilkada Jakarta

Nasional
KPK Tetapkan Tersangka Baru Kasus LNG PT Pertamina, Inisial YA dan HK

KPK Tetapkan Tersangka Baru Kasus LNG PT Pertamina, Inisial YA dan HK

Nasional
Polda Sumbar Dianggap Sepihak Tutup Kasus Kematian Afif Maulana, Tak Beritahu Keluarga

Polda Sumbar Dianggap Sepihak Tutup Kasus Kematian Afif Maulana, Tak Beritahu Keluarga

Nasional
Akui Buka Komunikasi dengan Sandiaga, PKB: Tapi Bukan untuk Pilkada Jatim

Akui Buka Komunikasi dengan Sandiaga, PKB: Tapi Bukan untuk Pilkada Jatim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com