JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan bahwa kapal tongkang Anand 12 yang sempat dibajak oleh kelompok Abu Sayyaf telah ditemukan di perairan Lahatdatu, negara bagian Sabah Malaysia.
Kapal tersebut telah ditarik ke Pelabuhan Sabah, Malaysia, dan saat ini berada di tangan Agensi Penguat Kekuasaan Maritim Malaysia (APKMM).
"Sementara kapal berada di tangan APKMM untuk dilakukan uji forensik, yang akan memakan waktu 8 sampai 10 hari," kata Retno saat memberikan keteranan pers di Gedung Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta Pusat, Selasa (5/4/2016).
Menurut informasi sementara yang diterima Kemenlu, isi kapal tongkang dalam kondisi utuh. (Baca: Muslim atau Bukan, Tidak Penting bagi Abu Sayyaf)
Mengingat lokasi terjadinya perompakan dan penyanderaan berdekatan dengan Malaysia, maka Retno juga telah membuka komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Malaysia.
Komunikasi tersebut, menurut Retno, dilakukan sejak tanggal 31 Maret 2016. Kemenlu meminta kerjasama Pemerintah Malaysia jika sewaktu-waktu diperlukan.
"Pemerintah Malaysia juga sudah menyatakan siap untuk bekerjasama jika sewaktu-waktu ada situasi yang membutuhkan bantuan dari mereka," ungkapnya.
Retno menambahkan, komunikasi dengan Menlu Malaysia terbukti sangat berguna dalam menindaklanjuti ditemukannya kapal tongkang Anand 12. (baca: Indonesia Tidak Pernah Kalah Melawan Pembajakan)
Sebelumnya, kapal Brahma 12, yang dibajak bersama kapal Anand 12 sudah lebih dulu dilepas pada akhir Maret 2016 dan berada di otoritas Filipina.
Sementara Kelompok Abu Sayyaf pun sudah menghubungi perusahaan pemilik kapal sebanyak 2 kali sejak 26 Maret 2016.
Dalam komunikasi tersebut, penyandera meminta tebusan sebesar 50 juta peso atau setara dengan 14,2 miliar rupiah. (baca: Perusahaan Akan Beri Uang Tebusan Rp 14,3 Miliar ke Kelompok Abu Sayyaf)
Terkait 10 sandera WNI, Kemenlu masih terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Pemerintah Filipina.
Pemerintah Indonesia maupun Filipina masih mencari opsi upaya pembebasan kesepuluh sandera tersebut.
"Keselamatan sandera masih menjadi acuan utama dari berbagai opsi yang kami akan lakukan," kata Retno.