Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kantor Staf Presiden Harus Diperkuat"

Kompas.com - 22/08/2015, 14:50 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Populi Center Nico Harjanto menilai Kantor Staf Presiden sedianya diperkuat demi menyokong sistem presidensial. Idealnya, Kantor Staf Presiden mencakup Sekretariat Kabinet, Sekretariat Militer, serta staf-staf lainnya yang membantu Presiden dan Wakil Presiden.

"Semestinya kalau memang konsepnya memperkuat sistem presidensial, maka sebenarnya Kantor Staf Presiden yang harusnya diperkuat di mana di dalamnya nanti ada Seskab, ada Sekmil, ada banyak staf lagi yang sehari-hari membantu Presiden dan Wakil Presiden," kata Nico di Jakarta, Sabtu (22/8/2015).

Nico menilai konsep penguatan semacam ini lebih tepat dikembangkan dalam jangka menengah hingga jangka panjang. Namun, dalam waktu dekat, Nico menilai ide ini belum tepat dikembangkan mengingat situasi politik yang berkembang.

Ada konsekuensi politik yang patut dipertimbangkan jika Pemerintah ingin memperkuat Lembaga Kantor Staf Presiden. "Mungkin yang diperlukan (saat ini) adalah tetap membiarkan KSP hidup kemudian diisi dengan figur-figur yang benar-benar kuat, dipercaya Presiden, bisa membantu Presiden, kemudian Seskab fokus membantu administrasi kabinet, kementerian, dalam hal bersidang, dalam hal menjalankan tugas-tugasnya, kemudian ada Setneg yang membantu urusan administarasi kenegaraan," tutur Nico.

Menurut dia, KSP juga perlu diperkuat mengingat banyaknya lembaga yang berada langsung di bawah Presiden. Dengan demikian, sebagian lembaga yang berada langsung di bawah Presiden nantinya mendukung kerja Presiden melalui KSP.

"Misalnya Bappenas, BPKP, kemudian BPS, tentu kalau KSP nantinya bisa kuat, mereka-mereka ini juga supporting melalui KSP sehingga tidak lagi melalui Presiden. Karena Presiden sudah terlalu banyak anak buah yang di bawahnya langsung," tutur Nico.

Di samping itu, dengan memperkuat lembaga tersebut, Presiden bisa lebih menyaring informasi yang masuk. Dengan demikian, pintu-pintu informasi yang masuk bisa berkurang sehingga informasi yang diterima Presiden sudah lebih valid.

"Sudah dicek and ricek, diverifikasi, sehingga Presiden mendapatkan informasi yang valid, akurasi tinggi sehingga tidak mengalami bias informasi misalnya terkait kebijakan atau suatu keputusan tertentu," kata Nico.

Saat ini, Pemerintah tengah mengevaluasi keberadaan lembaga tersebut. Evaluasi dilakukan setelah posisi Kepala Staf Kepresidenan kosong. Posisi itu kosong setelah Kepala Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla bahkan mengungkapkan wacana untuk menjadikan lembaga itu berdiri di bawah Seskab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Nasional
Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Nasional
Pejabat Pemerintah Dinilai Tak 'Gentle' Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Pejabat Pemerintah Dinilai Tak "Gentle" Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Nasional
Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

PAN Pertimbangkan Kaesang jika Ridwan Kamil Tak Maju di Pilkada DKI

Nasional
PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

PDI-P Buka Peluang Usung Anies Baswedan, tapi Tunggu Restu Megawati

Nasional
38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

38 DPW PAN Dukung Zulhas untuk jadi Ketum Lagi

Nasional
PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

PKS Usung Duet Anies-Sohibul, PDI-P Utamakan Kader Sendiri

Nasional
Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung 'Cawe-cawe' Jokowi?

Waketum Nasdem: Kalau Parpol Punya Prinsip, Kenapa Tergantung "Cawe-cawe" Jokowi?

Nasional
Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Ajak Hidup Sehat, Bank Mandiri Gelar Program Bakti Kesehatan untuk Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com