Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabinet Kerja Diapresiasi Publik

Kompas.com - 03/11/2014, 20:18 WIB


KOMPAS.com - Kabinet baru telah diumumkan. Publik mengapresiasi struktur kabinet yang didominasi sosok profesional. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan para menterinya pada Minggu, 26 Oktober 2014, dan memilih nama Kabinet Kerja. Nama tersebut dipilih sesuai karakter Jokowi-JK yang mengutamakan bekerja dan bekerja. Namun, catatan khusus diberikan kepada sejumlah menteri dari partai politik.

Hasil Jajak Pendapat Kompas pekan lalu menyoroti ekspektasi publik terhadap susunan kabinet baru. Secara umum, publik merasa puas dengan struktur dan susunan Kabinet Kerja. Pendapat itu disuarakan 6 dari setiap 10 responden. Kepuasan responden itu diikuti pula ekspektasi publik yang cukup melambung. Delapan dari setiap 10 responden yakin bahwa Kabinet Jokowi-Jusuf Kalla akan menciptakan perubahan positif bagi bangsa.

Cara mengumumkan kabinet pun disorot publik. Berbeda dengan tradisi pengumuman kabinet sebelumnya, Presiden Jokowi mengumumkan para menterinya di halaman Istana Negara dan memperkenalkan satu per satu sosok para pembantunya itu. Saat memperkenalkan, Jokowi juga menyebutkan profesi dan pengalaman mereka. Para menteri saat itu berseragam kemeja putih lengan panjang dan celana panjang hitam.

Cara mengumumkan kabinet yang di luar tradisi pemerintahan sebelumnya itu memberi makna simbolis tertentu bagi publik. Kemeja putih dan celana panjang hitam adalah pakaian khas Jokowi setiap kali blusukan hingga ke berbagai pelosok. Suasana tak formal saat pengumuman menteri menciptakan makna bahwa mereka para pembantu Presiden yang siap bekerja. Makna ini dikemukakan 7 dari 10 responden jajak pendapat yang berpendapat, cara pengumuman itu sebagai cermin dari postur kabinet yang mau bekerja cepat.

Profesional

Sebenarnya, nama Kabinet Kerja bukan yang pertama kali dipakai di Indonesia. Nama ini pernah digunakan Presiden Soekarno. Pada masa Demokrasi Terpimpin ada empat Kabinet Kerja, yakni Kabinet Kerja I (1959-1960), Kabinet Kerja II (1960 -1962), Kabinet Kerja III (1962 -1963), dan Kabinet Kerja IV (1963-1964). Lima puluh tahun kemudian, muncul kembali Kabinet Kerja di bawah Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Konotasi kerja yang melekat dalam kabinet baru disuarakan mayoritas publik jajak pendapat. Hal itu terutama menyangkut struktur kabinet. Sebanyak 73,7 persen responden mengapresiasi proporsi menteri non-partai politik yang lebih besar dibandingkan menteri berlatar belakang partai politik.

Dengan komposisi kabinet seperti itu, Kabinet Kerja Jokowi-JK, menurut responden, memiliki kelebihan dibandingkan kabinet sebelumnya, yaitu lebih tampak sebagai kabinet profesional. Bahkan, sebagian besar responden menyatakan struktur seperti itu akan lebih menjamin perwujudan program-program untuk rakyat dibandingkan kepentingan segelintir kelompok.

Salah seorang menteri yang disorot luas media massa adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Sosoknya dinilai tak biasa karena tingkat pendidikan yang tidak tamat SMA, tetapi mampu berprestasi sebagai pengusaha tangguh. Keberhasilannya sebagai pengusaha bidang perikanan dan penerbangan mampu meyakinkan publik bahwa ia akan bisa mewujudkan visi-misi Jokowi-JK yang ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Tujuh dari 10 responden jajak pendapat Kompas menyatakan, Susi akan mampu menyelesaikan problem perikanan dan kelautan meski ia tidak menyelesaikan level pendidikan menengahnya. Bagi publik, gelar sarjana tak menjamin seseorang mampu bekerja dengan baik, termasuk di kementerian. Daya kerja yang baik dan kemampuan menggerakkan kinerja orang banyak menjadi yang terpenting dalam mengukur kapasitas menteri.

Kontroversi

Di samping apresiasi, hasil jajak pendapat merekam keraguan publik terhadap sejumlah menteri yang berlatar belakang partai politik. Dua dari lima responden berpendapat, setidaknya masih ada motif memberikan jatah kursi menteri kepada partai politik ketimbang memilih sosok profesional dari partai politik dalam penyusunan Kabinet Kerja ini. Penilaian tersebut membuat 40,6 persen responden meragukan keberpihakan para menteri itu kepada kepentingan rakyat.

Sorotan terutama ditujukan kepada Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno. Di satu sisi, beberapa pihak meragukan Puan, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang belia dari segi usia, pengetahuan, dan pengalaman, dalam memimpin kementerian koordinator yang mengurus sumber daya manusia. Sejumlah kelompok lainnya menyatakan politisi muda itu perlu diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya.

Publik jajak pendapat memiliki pendapat cukup beragam. Lebih dari separuh responden menyatakan, jabatan yang diberikan kepada Puan belum sesuai kemampuannya, alias meragukan kemampuan. Namun, jawaban bernada lebih positif diberikan manakala pertanyaan dikaitkan dengan keyakinan mewujudkan Revolusi Mental yang dicanangkan Jokowi.

Keraguan terhadap Puan disuarakan para pemilih partai politik pendukung Jokowi-JK ataupun Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Dalam kelompok partai politik pendukung Prabowo, separuh lebih responden meragukan kompetensi Puan. Pada kelompok partai politik koalisi Jokowi-JK, proporsi responden yang meragukan kemampuan Puan seimbang dengan mereka yang meyakini kemampuannya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

Nasional
Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

Nasional
Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

Nasional
Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

Nasional
Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

Nasional
TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

Nasional
Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

Nasional
Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

Nasional
Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Kisah Ayu, Bidan Dompet Dhuafa yang Bantu Persalinan Saat Karhutla 

Nasional
Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Dinilai Berhasil, Zulhas Diminta PAN Jatim Jadi Ketum PAN 2025-2030

Nasional
Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Jokowi Bagikan 10.300 Sertifikat Tanah Hasil Redistribusi di Banyuwangi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com