Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
I Ketut Sawitra Mustika
Pengajar Filsafat di UNHI Denpasar

Pengkaji Filsafat Lulusan Magister Ilmu Filsafat UI

Pencerahan Melawan Ketataan Otoritatif

Kompas.com - 26/03/2024, 15:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SKOR Indeks Demokrasi Indonesia 2023, yang dirilis oleh Economist Intelligence Unit, merosot ke angka 6,53, dari angka 6,71 pada 2022. Indeks Demokrasi Indonesia sangat mungkin akan terus terjun jika tidak ada perubahan berarti.

Salah satu biang kerok kemunduran demokrasi Indonesia adalah sikap permisif masyarakat terhadap laku curang dan koruptif yang mencemari praktik-praktik politik di negeri ini.

Wawan Kurniawan menyebut masyarakat Indonesia seperti “katak dalam tempurung” (Kompas, 2/3/2024). Menurut dia, alih-alih melawan, masyarakat “katak dalam tempurung” menerima laku curang dan manipulatif dalam proses politik sebagai hal “normal”, secara tidak langsung memberikan legitimasi pada penguasa untuk memanipulasi sistem demi kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Ketidakmampuan masyarakat kita untuk merespons kondisi tersebut, menurut Wawan, dapat diterangkan. Salah satunya, melalui konsep “ketaataan otoritatif”, yakni individu memiliki kecenderungan bawaan untuk mengikuti perintah otoritas, terlepas apakah perintah tersebut selaras dengan prinsip moral mereka atau tidak.

Sejatinya masyarakat di negeri ini bukan hanya seperti “katak dalam tempurung”, tetapi juga bagai “kerbau dicocok hidungnya” yang membebek pada apa pun yang dikatakan oleh otoritas.

Namun, “ketataan otoritatif” bukan sesuatu yang multak dan tidak mustahil untuk disembuhkan. Kuasa otoritas dapat dilawan dengan antidot yang sangat ampuh, yakni pencerahan (enlightenment).

Pencerahan bukan periode sejarah, melainkan proses perkembangan sosial, psikologis, atau spiritual, yang tidak terbatasi waktu atau tempat (Bristow, 2023).

Asas formal pencerahan adalah independensi penilaian individu, untuk berpikir mandiri bagi diri sendiri, menggunakan dan mengandalkan kapasitas intelektual pribadi guna menentukan apa yang harus diyakini dan bagaimana bertindak.

Bukan berarti kita harus berpikir sendirian sepanjang waktu karena pengalaman, pengetahuan, dan kebijaksaan orang lain tetap perlu jadi bahan pertimbangan.

Tidak, yang ditekankan adalah bahwa semua yang diyakini, dipikirkan, dan dilakukan adalah hasil pemeriksaan mandiri hingga ke akar-akarnya.

Kant (1992), dalam esainya yang masyhur, An Answer to the Question: What is Enlightenment? menyatakan bahwa pencerahan adalah pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang ia sebabkan sendiri.

Secara implisit, tersimpul bahwa yang bertanggung jawab atas ketidakdewasaan tersebut adalah individu itu sendiri sehingga harus diasumsikan ia mampu untuk membebaskan dirinya.

Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan dalam menggunakan pemahaman dan akal tanpa arahan orang lain, di mana kehendak kita membuat kita menerima otoritas orang lain untuk memimpin kita ke area di mana penggunaan akal diperlukan.

Orang yang belum tercerahkan adalah individu yang membiarkan pikiran dan tindakannya didikte oleh orang lain sehingga mudah dikendalikan.

Ada dua sebab ketidakdewasaan yang menyebabkan orang liyan dengan mudah memaksakan otoritasnya. Pertama, kemalasan dan kepengecutan. Keduanya memberikan kedamaian dan ketenangan bagi manusia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Aies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Aies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran Ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran Ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com