Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komaruddin Hidayat
Dosen

Dosen Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)

Pergeseran Makna Rakyat dan Fenomena Malin Kundang

Kompas.com - 14/03/2024, 04:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika dahulu partai politik itu benar-benar berakar pada rakyat dan para aktivisnya memperoleh dukungan moral-finansial dari rakyat, sekarang posisi partai politik cenderung berada sebagai bagian dari jejaring kekuasaan pemerintah dan sangat bersahabat dengan pemilik modal besar.

Memang masih ada dukungan rakyat pada partai politik, namun kekuatannya tak lagi dominan—mungkin sekadar pelengkap dan ornamen demokrasi.

Jika dahulu para tokoh agama dan pergerakan sosial memiliki pengaruh besar terhadap rakyat, sekarang kepemimpinan dipegang oleh pejabat formal sebagai perpanjangan tangan negara, yang batas waktunya tertulis dalam surat keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Jika dirunut dari atas, pemimpin formal itu dimulai dari presiden, gubernur, bupati, camat, dan lurah. Di samping itu, ada lagi alat negara berupa polisi dan tentara sejak dari tingkat pusat sampai kecamatan.

Secara normatif mereka tak perlu meminta dukungan finansial dari rakyat karena sudah dianggarkan dalam APBN.

Adapun lembaga DPR yang secara normatif merupakan wakil rakyat, pada praktiknya mereka adalah wakil partai, sedangkan partai lebih dekat bermitra dengan pemerintah dan pengusaha.

Pemimpin dan penguasa formal ini cantolannya ke atas, memperoleh jabatan atas penugasan dari presiden. Makanya sering dibedakan antara penguasa dan pemimpin. Penguasa itu tangannya bergantung ke atas, sedangkan pemimpin itu muncul karena dukungan rakyat.

Tentu saja terdapat sedikit orang yang dalam dirinya bertemu prediket penguasa dan sekaligus juga pemimpin.

Secara teoritis, seorang presiden pun dipilih oleh rakyat. Namun, di sana terdapat peran partai politik yang lebih menentukan dalam proses pemilihan presiden sehingga kedaulatan rakyat mungkin sudah diambil alih oleh partai politik yang loyalitasnya terhadap rakyat kadang dipertanyakan.

Jika dulu rakyat rela menyumbangkan uang untuk para aktivis politik, sekarang situasinya berbalik. Justru para politisi yang membeli suara rakyat. Dengan kata lain, tidak terlalu salah jika dikatakan yang berdaulat saat ini adalah pejabat pemerintah dan uang.

Meski Anda seorang yang pintar, berintegritas, dan memiliki bakat pemimpin, jika tidak memiliki dan tidak mau mengeluarkan uang untuk mengejar jabatan, Anda akan tetap jadi rakyat biasa.

Tentu saja ada beberapa orang profesional yang diangkat sebagai pembantu presiden untuk menduduki jabatan-jabatan strategis. Tetapi jumlahnya sedikit. Kebanyakan jabatan itu diraih dari hasil negosisasi atau kompromi antara partai politik dan presiden pemenang pemilu.

Fenomena Malin Kundang

Indonesia dengan masyarakatnya yang besar dan majemuk ini, pilihan terbaik adalah menerapkan sistem demokrasi.

Namun, kita pun sadar bahwa di berbagai negara yang tingkat demokrasinya belum matang, yang terjadi baru sebatas demokrasi prosedural atau pseudo-demokrasi. Pura-pura berdemokrasi.

Untuk konteks Indonesia sebagai negara kepulauan, hal ini mudah dipahami. Warga negaranya yang plural dan tersebar di berbagai pulau, sementara tingkat pendidikan dan ekonomi rakyat tidak merata, maka—ibarat lahan tanah—Bumi Indonesia belum kondusif ditanami benih dan bibit demokrasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Berkaca Kecelakaan di Ciater, Polisi Imbau Masyarakat Cek Dulu Izin dan Kondisi Bus Pariwisata

Nasional
Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Dugaan SYL Memeras Anak Buah dan Upaya KPK Hadirkan 3 Dirjen Kementan Jadi Saksi

Nasional
Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Jokowi Santap Nasi Goreng dan Sapa Warga di Sultra

Nasional
Prabowo Klaim Serasa Kubu 'Petahana' saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Prabowo Klaim Serasa Kubu "Petahana" saat Pilpres dan Terbantu Gibran

Nasional
Prabowo Mengaku Diuntungkan 'Efek Jokowi' dalam Menangkan Pilpres

Prabowo Mengaku Diuntungkan "Efek Jokowi" dalam Menangkan Pilpres

Nasional
Bantah Menang Pilpres Akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Bantah Menang Pilpres Akibat Bansos, Prabowo: Tuduhan Kosong

Nasional
[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta 'Uang Pelicin' ke Kementan

[POPULER NASIONAL] Reaksi Usai Prabowo Tak Mau Pemerintahannya Diganggu | Auditor BPK Minta "Uang Pelicin" ke Kementan

Nasional
Sejarah Hari Buku Nasional

Sejarah Hari Buku Nasional

Nasional
Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 15 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

Nasional
KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

Nasional
Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

Nasional
Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

Nasional
Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com