Rakyat miskin di benua Afrika itu menunggu jatah makan gratis, sementara rakyat kita rela berjam-jam demi mendapatkan harga beras yang terjangkau.
Media ini begitu satir mengisahkan kiat pedagang lontong yang bernama Yuyun (42), warga Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta untuk menyiasati naiknya harga beras. Mengingat harga beras terus melambung tinggi, Yuyun kebingungan untuk mematok harga jual lontongnya.
Jika harga lontong dinaikkkan, maka dirinya khawatir lontong dagangannya akan tidak laku. Jika harga lontong tidak dinaikkan maka cara yang dipilihnya adalah mengecilkan ukuran lontongnya hingga mengkerut seperti ukuran makanan ringan bernama “momogi” (Kompas.com, 26/02/2024).
“Kita rakyat kecil, tolonglah diperhatikan, Masak mau begini terus, sudah mau puasa lagi. Yang bener saja? Rugi donk.” – Yuyun, warga Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta.
Yuyun seperti halnya rakyat kebanyakan tidak bisa menerima penjelasan sang pemimpin kalau harga beras sudah turun di Pasar Induk Cipinang, Jakarta dan Pasar Johar, Karawang.
Nyatanya beras masih dibanderol mahal dan langka di mana-mana. Harga beras dibilang murah dan tersedia di mana-mana, hanyalah bualan menteri dan presiden.
Pak Presiden,
Beginilah nasib nelayan
Susah hidup jika tidak dapat ikan tangkapan
Lagi pula taufan dan badai sedang menerjang lautan
Anak isteri kami juga perlu makan
Penggalan puisi berjudul “Amanah Untuk Mereka” karya Susilo Bambang Yudhoyono ini sepertinya butuh puisi-puisi lanjutan.
Ayah dari Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional ini perlu membuat puisi lagi, bahkan lukisan tentang mahal dan langkanya beras di negeri ini jelang datangnya generasi emas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.