"Banyak sekali orang tersesat pakai susu botol atau susu formula. Akhirnya, anaknya banyak yang mengalami diare. Kenapa diare? Bukan karena susunya, tetapi karena botolnya tidak steril,” ujarnya dalam siaran pers.
Baca juga: Posyandu Remaja Dinilai Penting, Kepala BKKBN Ingatkan Bahaya Nikah Muda hingga Seks Terlalu Dini
Selain itu, kata dia, susu yang tersisa di dalam botol bekas bisa menjadi sarang bakteri jika tidak betul- betul disteril.
Lebih lanjut, Dokter Hasto menegaskan, BKKBN dan mitra terkait mengawal ketat program percepatan penurunan stunting dengan target 14 persen pada 2024 bisa tercapai.
Dia juga mengingatkan bahwa hal yang paling efektif untuk menurunkan stunting adalah dengan mengintervensi mereka yang hamil atau yang akan hamil.
"Mencegah kasus stunting jauh lebih strategis daripada menangani anak stunting," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Dokter Hasto turut menyampaikan sejumlah hal yang harus dilakukan TPPS Aceh agar penanganan stunting dan intervensi yang dilakukan tepat sasaran.
Dia mencontohkan, target prevalensi stunting di Aceh pada 2024 sebesar 19,0 persen. Pada 2023, Aceh memiliki target sebesar 23,69 persen.
Baca juga: BKKBN: Pencegahan Stunting Upaya Tingkatkan Rata-rata IQ Penduduk Indonesia
Kini, Aceh bersama 11 provinsi lain fokus terhadap stunting di Indonesia sedang menunggu hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang akan segera diluncurkan.
Sebagaimana diketahui, prevalensi stunting Aceh pada 2021 sebesar 33,2 persen. Pada 2022, prevalensi stunting turun menjadi dua digit sebesar 31,2 persen (hasil SSGI 2022).
“Cegah stunting penting di periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), sejak terjadinya konsepsi sampai usia bayi dua tahun,” jelasnya.
Dokter Hasto memaparkan, pada masa tersebut, pola asuh dan asupan yang berkualitas, seperti ikan, perlu diberikan kepada anak. Sebab, 80 persen kecerdasan anak terbentuk di 1.000 HPK sehingga sangat penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
“Allah akan menutup ubun-ubun bayi setelah usia dua tahun. Kecil kemungkinan perkembangan otak bayi setelah usia dua tahun,” ujarnya.
Baca juga: Berkomitmen Turunkan Angka Stunting, Mom Uung Kembali Gelar Roadshow Menyusui
Maka dari itu, kata Dokter Hasto, langkah prakonsepsi penting dilakukan bagi para calon pengantin (catin). Terlebih, biayanya tidak besar jika dibandingkan mempersiapkan prapernikahan.
Mantan Bupati Kulon Progo itu menegaskan, kehidupan berkeluarga perlu dipersiapkan dengan baik.
"Sebab, epidemiologi terjadinya kehamilan setelah perkawinan adalah selama 18 bulan,” ujarnya.