Adapun untuk harga sekarung beras medium kini sudah Rp 700.000 di pasar induk dan beras premium sekarungnya Rp 800.000.
Padahal sebelumnya, beras medium sekarung atau isi 50 kilogram itu berharga Rp 485.000 atau paling mahal Rp 500.000.
Sepanjang 40 tahun lebih Ngadiran berdagang di pasar induk, kenaikan harga beras pada tahun ini adalah yang paling tinggi dalam sejarah.
Masih menurut Ngadiran, kenaikan harga beras sekarang ini paling tidak jelas dan tidak bisa diduga. Dampaknya pun terasa, pembeli dari kalangan ibu rumah tangga berkurang dan kalaupun membeli pasti lebih sedikit dari sebelumnya. Kalau dulu orang kebanyakan bisa beli bisa 10 liter, sekarang cuma lima liter paling banyak (Bbc.com, 22 Februari 2024).
Bagi mereka yang pernah mengalami peristiwa jelang jatuhnya rezim Soeharto di paruh 1997 – 1998, saat itu beras masih mudah didapat. Saya hanya mengalami langkanya susu untuk anak-anak di berbagai toko swalayan di Jakarta.
Kini tidak hanya berharga mahal, beras pun kerap “menghilang” di banyak gerai swalayan. Stok beras di ritel modern di wilayah Jakarta Selatan mulai langka. Di Alfamart Mampang Prapatan pun beras bahkan sudah kosong sejak sebulan lalu.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, Selasa (20/2), di Alfamart tersebut beras sudah kosong. Dalam rak beras cuma tersisa dua kantong beras merah kemasan 5 kilogram.
Sedangkan, untuk beras putih premium stoknya lenyap. Salah seorang karyawan Alfamart yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kiriman beras sudah tidak datang sejak sebulan belakangan (Cnnindonesia.com, 20 Februari 2024).
Selama hampir sebulan dari Januari hingga Februari ini, saya lebih banyak tinggal di Tarakan, Kalimantan Utara.
Beberapa warung makan di Tarakan meluncurkan “strategi baru” agar harga jual makanan tidak terkerek naik gara-gara beras berharga mahal. Harga diupayakan tetap, tetapi porsinya semakin berkurang.
Beberapa waktu lalu, dengan harga Rp 35.000 bisa kenyang menyantap nasi kuning Sukaria di Kawasan Karanganyar, Tarakan, kini dengan uang yang sama perut terasa masih belum padat.
Ternyata tidak hanya di Tarakan, sejumlah pelaku usaha warung makan di kota dan kabupaten Magelang, Jawa Tengah juga terpaksa menyiasati kenaikan harga beras dengan membatasi porsi nasi yang mereka jual. Sebisa mungkin mereka tidak menaikkan harga agar tidak kehilangan pelanggan.
Satimin (46), salah satu pemilik warung makan di Kelurahan Panjang, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang menuturkan jika sebelumnya dia membebaskan porsi nasi yang diminta pelanggan.
Namun sejak harga beras mencapai Rp 15.000 per kilogram, porsi nasi pun diperhatikannya dengan lebih saksama.
Satimin yang sudah berjualan makanan selama 17 tahun “mengakali” jika pelanggan meminta lebih banyak dari takaran yang ditetapkannya maka harga porsi makanan dinaikkan Rp 500 dibandingkan porsi biasa (Kompas.id, 22 Februari 2024).