"Selain itu, KB juga mampu mencegah stunting," jelasnya.
Terkait KB MKJP, dr Hasto menyebutkan, metode KB ini lebih baik karena kegagalannya lebih rendah. Sementara itu, metode alami dan metode jangka pendek tingkat kegagalannya tinggi.
"Contohnya, kondom yang gampang bocor atau pil KB yang kebanyakan gagalnya, karena lupa minum, dan bisa hamil. Apalagi, tanpa kontrasepsi yang kemungkinan hamilnya paling tinggi," sebutnya.
Pada kesempatan itu, Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang KBKR BKKBN Sukaryo Teguh Santoso meninjau pelayanan KB di Klinik Bidan Delima, Ni Nengah Sukartini, di Denpasar, Bali.
Dari peninjauan pelayanan KB yang berlangsung, dia mengingatkan bahwa tugas dan fungsi KBKR di tingkat pusat tidak hanya merumuskan kebijakan.
Baca juga: Posyandu Remaja Dinilai Penting, Kepala BKKBN Ingatkan Bahaya Nikah Muda hingga Seks Terlalu Dini
Lebih dari itu, KBKR juga melaksanakan kebijakan bersama-sama dengan provinsi dan kabupaten/kota.
Oleh karenanya, kebijakan yang dituangkan dalam bentuk Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria (NSPK) harus mampu menjadi solusi bagi para pengelola program di daerah.
Pria yang akrab disapa Teguh itu juga mengingatkan, pembinaan, bimbingan teknis, dan fasilitasi harus terus dilakukan pemerintah pusat dan provinsi dalam rangka meningkatkan kinerja utama bidang KBKR. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah mCPR, unmet need, dan PA MKJP.
Teguh menambahkan, meskipun ASFR 15-19 tahun tercapai pada 2023, masih banyak pasangan usia subur (PUS) yang perlu mendapatkan pendampingan pengaturan jarak kehamilan.
Pendampingan terkait jumlah anak yang ideal dan sosialisasi Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat Jarak Kelahiran, dan Terlalu Banyak Anak (4 Terlalu) juga perlu dilakukan terus menerus.
Baca juga: Bonus Demografi Disebut Ancam IKN, Kepala BKKBN: Kualitas SDM Lokal Harus Naik
Hal itu dilakukan agar penurunan angka kematian ibu dan pencegahan terhadap kejadian stunting pada anak dapat sesuai dengan harapan pada 2024.
Teguh juga menyoroti keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang sebaiknya diantisipasi dengan strategi cerdas agar dapat mengoptimalkan seluruh kegiatan yang telah direncanakan pada 2024.
Dia berpesan agar mitra kerja dan stakeholder terkait dipetakan dengan baik. Hal ini untuk mendorong pihak swasta dan mitra kerja lainnya berpartisipasi dalam pelaksanaan program-program KBKR dari berbagai aspek.
Pada kesempatan itu, Teguh didampingi Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali Sarles Brabar, Direktur Bina Pelayanan KB Wilayah Khusus BKKBN Fajar Firdawati, dan Direktur Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN Marianus Mau Kuru.
Baca juga: Selain Stunting, Kepala BKKBN Dorong Penyuluh Keluarga Berencana Peduli Kesehatan Jiwa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.