Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Introspeksi Kekuasaan Merespons Seruan Moral Pihak Kampus

Kompas.com - 10/02/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Peristiwa superlokal di salah satu jalanan ibu kota Tunisia di Tunis tersebut ternyata menjadi akhir dari rezim Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, lalu menjalar ke Mesir yang mengakhiri rezim Presiden Hosni Mobarak.

Pun Uprising di Chili tahun 2019 hanya berawal dari kenaikan tarif transportasi publik metro. Namun kenaikan tarif tersebut menjadi puncak kemarahan massa atas ketimpangan ekonomi yang terjadi di Chili sejak bertahun-tahun lalu.

Lebih dari 1,2 juta warga di Santiago turun ke jalanan memprotes kesenjangan sosial dan ini dikenal sebagai pawai terbesar di Chili.

Meskipun Chili menjadi salah satu negara termaju secara ekonomi di Amerika Latin, kegagalan pemerintah dalam membaca kekecewaan publik atas ketimpangan yang ada melahirkan gerakan massa yang sangat masif di Chili.

Akibat kejadian itu, 29 orang tewas dan 2500 orang mengalami luka-luka dan 2.840 orang ditangkap aparat.

Jadi keengganan dan kelalaian penguasa dalam merasakan apa yang dirasakan publik dan kalangan intelektual bisa berujung buruk buat kekuasaan itu sendiri.

Minimnya sensitifitas dan empati politik penguasa kepada kekhawatiran publik yang sudah dibahasakan dengan sangat lugas dan santun oleh para intelektual kampus berpotensi melahirkan gerakan yang lebih masif dan frontal.

Atas alasan itu, tak bisa tidak, penguasa semestinya bisa bereaksi lebih bijak dan introspektif dalam menyikapi kemunculan seruan moral intelektual dari kalangan intelektual kampus.

Lahirnya seruan semacam itu adalah pertanda, yakni sesuatu tak biasa yang sejatinya harus benar-benar diperhatikan secara baik dan bijak oleh kekuasaan.

Jika di mata kalangan intelektual kampus bahwa demokrasi Indonesia sedang tak baik-baik saja, maka segala pembelaan penguasa tentang demokrasi Indonesia yang baik-baik saja akan mulai dipertanyakan publik.

Karena itulah cara terbaik bagi penguasa untuk menyikapinya adalah dengan introspeksi diri di satu sisi dan menempatkan seruan para intelektual secara proporsional tanpa harus memolitisasinya di sisi lain.

Sementara di sisi lain, para intelektual kampus harus terus menunjukkan independensi intelektualitasnya di satu sisi dan terus mengedepankan supremasi moralitas dalam gerakannya di sisi lain, sembari terus melakukan penyamaan visi misi dengan elemen-elemen riil kampus, terutama mahasiswa, dan kekuatan masyarakat sipil lainnya (bukan dengan partai politik), sebagai bukti nyata bahwa kekuatan moral dan intelektual kampus memiliki basis sosial yang kokoh, tanpa terpengaruh oleh kontestasi elektoral yang sedang berlangsung. Semoga!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

554 Kloter Jemaah Haji Reguler Sudah Kantongi Visa, Siap Berangkat Mulai 12 Mei

Nasional
Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com