Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Introspeksi Kekuasaan Merespons Seruan Moral Pihak Kampus

Kompas.com - 10/02/2024, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan tak hanya itu. Keputusan penguasa untuk menindaklanjuti kegerahannya kepada pihak kampus dengan menggunakan aparat sangatlah tidak patut.

Intimidasi yang diterima oleh beberapa intelektual kampus dan beberapa aktifis kampus tidak semestinya terjadi dan akan menjadi bukti tambahan bahwa kekuasaan memang semakin tidak demokratis.

Mirisnya lagi, supresi dan opresi terang-terangan tersebut beriringan dengan rekayasa pernyataan dari pihak kampus lainnya yang ditujukan untuk memberikan dukungan intelektual kepada pemerintah.

Terbukti akhirnya penyataan tersebut lahir atas permintaan oknum aparat kepada para pihak yang tercandra tidak atau belum ikut dalam seruan moral sebelumnya.

Bukankah sangat disayangkan, kekuasaan justru semakin bersikap tak terpuji saat ditegur oleh para punggawa intelektual kampus.

Penguasa melalui tangan aparat justru semakin antikritik dan opresif, tapi di saat yang sama terus membela diri bahwa pemerintah dan jejaring elite yang menopang sangat menghormati demokrasi.

Sejatinya, delegitimasi dan politisasi seruan moral dari pihak kampus oleh penguasa dan infrastruktur politiknya semestinya tidak terjadi.

Penyikapan tersebut hanya akan merugikan penguasa dan segala kepentingan ekonomi politik yang memang sedang ingin digapai oleh penguasa. Pasalnya, penyikapan semacam itu hanya akan membawa penguasa selangkah lagi berhadapan dengan rakyat.

"I think ideas only lead to change for intellectual people; and not even them. What really leads to change is experience. Life itself is the teacher," tulis Rachel Naomi Remen.

Para intelektual bisa menjadi awal dari perubahan karena narasi-narasi kebenaran yang disampaikan akan menggugah dan membangunkan kesadaran publik.

Lalu kesadaran tersebut akan berinteraksi dengan kenyataan yang dialami oleh masyarakat, yang kemudian akan membuka pintu pada gerakan lebih nyata dan masif menuju perubahan.

Di saat itulah penguasa akan berhadapan langsung dengan rakyat, jika penguasa selalu memilih sikap sinis dan negatif atas seruan moral dari kalangan intelektual kampus.

Sejarah telah membuktikan hal tersebut, mulai dari Revolusi Perancis 1889 sampai pada Arab's Spring 2011 dan Chile's Uprising 2019.

Ketiga gerakan antikekuasaan tersebut lahir dari ketidakpekaan kekuasaan kepada aspirasi publik. Revolusi Perancis lahir dari keterhimpitan hidup rakyat Perancis akibat pajak yang terus naik dan objek pajaknya terus bertambah.

Arab's Spring yang oleh media diberi sebutan Revolusi Melati Tunisia juga tidak jauh berbeda. Hanya karena kesemena-menaan aparat yang membakar barang dagangan pedagang kecil Kaki Lima bernama Mohamed Bouazizi berusia 26 tahun, yang membuat pedagang tersebut frustasi, lalu membakar diri.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com