Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ana Mustamin
Profesional

Anggota Dewan Pakar BS Center

Pemilu, Survei, dan Bias Pemilih

Kompas.com - 08/01/2024, 14:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di pemilu, bagi tim pemenangan yang memahami strategi komunikasi, kemampuan pemilih yang terbatas dalam mempersepsi ini dimanfaatkan dengan baik. Persepsi dibentuk dengan cara mendistorsi pandangan pemilih secara sistematis. Salah satunya melalui lembaga survei.

Lembaga survei dengan segenap keunggulan dan kekuatannya sebagai perangkat jajak pendapat ilmiah, bekerja melakukan distorsi dengan cara menciptakan apa yang disebut sebagai “kecenderungan umum”.

Lembaga survei yang didanai salah satu kubu paslon, misalnya, sejak dini sudah menciptakan ‘pandangan atau kecenderungan umum’ dengan menyatakan tingkat elektabilitas calon X mencapai 47 persen bahwa pilpres hanya akan berlangsung satu putaran.

Dalam kenyataannya nanti, pandangan itu sangat mungkin mewujud. Ketika penghitungan pemungutan suara usai dilakukan, paslon X benar-benar dinyatakan sebagai pemenang.

Apakah lembaga survei mempunyai daya prediktif atau antisipatif yang luar biasa? Bisa ya, bisa tidak. Namun fenomena ini sebenarnya bisa dijelaskan dengan cara sederhana melalui rangkain kejadian.

Kejadian pertama adalah lembaga survei melakukan upaya ‘pembiasan’ pandangan ke satu arah, yakni ke paslon tertentu, dengan merilis secara terbuka hasil jajak pendapat tentang tingkat elektabilitas paslon.

Tentu saja, perhatian akan terfokus pada paslon dengan jumlah pemilih tertinggi. Dengan metodelogi ilmiah (meski bisa diperdebatkan), sangat mudah membuat pemilih memercayai hasil survei.

Lalu kejadian kedua, masyarakat pemilih percaya dan ‘terbias’ pada paslon yang diunggulkan lembaga survei, sehingga memengaruhi pikiran (dan karenanya memengaruhi kejadian) yang mereka antisipasi.

Bagi pemilih yang pilihannnya sejalan dengan hasil survei, jajak pendapat ini meneguhkan keyakinannya.

Sementara pada pemilih yang ragu atau pemilih yang tidak memiliki akses yang cukup pada informasi yang relevan, besar kemungkinan besar akan ikut terbias.

Kombinasi dari dua rangkaian kejadian ini membentuk apa yang disebut “ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (the self-fulfilling prophecy)”.

Teori ini menyebutkan bahwa bila kita membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan di mana keyakinan itu kita percayai akan menjadi kenyataan, maka kita akan bertindak seolah-olah itu benar terjadi, meskipun sebetulnya peristiwanya belum terjadi (Insel & Jacobson, 1975; Merton, 1957).

Bias pemilih pada dasarnya memang bisa digunakan sebagai titik tolak untuk membangun model interaksi antara pandangan pemilih dan situasi pemilu tempat mereka berpartisipasi.

Dalam proses psikologis “ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya”, terdapat empat langkah yang membuat hal itu bisa terjadi.

Langkah pertama adalah, kita membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang sesorang atau situasi.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com