Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Furqan Jurdi
Praktisi Hukum dan Penulis

Aktivis Muda Muhammadiyah

Refleksi 2023: Hilangnya Etika dan Pembusukan Institusi

Kompas.com - 01/01/2024, 08:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KPK bukan satu-satunya lembaga yang mengalami kemerosotan secara integritas. Banyak lembaga lain seperti Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Bawaslu, KPU dan lainnya terus mengalami kemerosotan serupa.

Mirisnya, lembaga-lembaga yang diharapkan memiliki independensi justru diisi oleh oknum-oknum yang tidak independen, tidak berintegritas, dan memiliki moralitas rendah.

Peristiwa di Mahkamah Konstitusi, misalnya, telah menggemparkan republik ini seperti seakan-akan konstitusi tunduk pada dinasti.

Putusan MK yang memberikan peluang majunya calon presiden dan wakil presiden di bawah 40 tahun bukan hanya menabrak konstitusi. Meminjam istilah Aljazeraa, putusan MK itu juga melahirkan “baby nepo”, nepotisme, dan dinasti politik lahir secara turun temurun dengan menunggangi konstitusi dan demokrasi.

Peristiwa pelanggaran etik yang berujung pada pemberhentian Ketua MK Anwar Usman oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKM) itu menyadarkan kita bahwa MK sebagai lembaga kehakiman yang mandiri bisa dikendalikan oleh kekuasaan-kekuasaan lain atas dasar nepotisme dan dinasti politik.

Pada akhirnya kita menyadari kerusakan di MK adalah proses pembusukan politik, pembusukan konstitusional, dan sekaligus membusukkan demokrasi.

Demokrasi dan pemilihan langsung yang adil (electoral justice) tidak akan tercapai dalam proses sirkulasi kepemimpinan, sebab proses electoral sudah dimulai dengan cara-cara yang tidak jujur dan adil.

Pada akhirnya kemelut di MK menjadi aib yang terus menjadi problem politik menuju pilpres 2024 nanti.

Kerusakan Konstitusional dengan mempermainkan konstitusi demi kepentingan segelintir orang akan berakhir pada kerusakan sistem demokrasi.

Demokrasi yang berwibawa dan baik adalah demokrasi yang berdiri di atas nilai-nilai etika dan nilai moral yang menjadi panduan kehidupan bernegara.

Pembusukan juga terjadi di Mahkamah Agung. Skandal suap dan jual beli perkara yang menjerat pimpinan Lembaga Kehakiman yang agung itu merobohkan nurani keadilan para pencari keadilan.

Akibatnya, banyak hukuman para koruptor “disunat” oleh hakim-hakim di Mahkamah Agung. Pada akhirnya sulit bagi bangsa ini benar-benar menegakkan hukum dan keadilan.

Setelah Lembaga Kehakiman mengalami pembusukan, kita bergeser ke Penyelenggara Pemilu. KPU maupun Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu sering menabrak etika, bahkan dalam batas tertentu merusak tatanan pemilu yang demokratis.

Skandal ketua KPU, misalnya, sebagaimana diakui oleh Hasnaeni, bahwa ada upaya atau pesan yang disampaikan pada dirinya untuk memenangkan calon tertentu.

Bahkan skandal itu terbukti disidang etik DKPP bahwa hubungan (asmara) antara ketua Partai Politik (Hasnaeni) dengan Ketua KPU adalah skandal yang maha dahsyat. Namun di Indonesia berlalu begitu saja.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Bus di Ciater Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

KPK Diharapkan Tetap Ada meski Dilanda Isu Negatif

Nasional
Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Tren Pemberantasan Korupsi Buruk, Jokowi Diwanti-wanti soal Komposisi Pansel Capim KPK

Nasional
Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Burhanuddin Muhtadi: KPK Ibarat Anak Tak Diharapkan, Maka Butuh Dukungan Publik

Nasional
Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Gerindra Kaji Sejumlah Nama untuk Dijadikan Bacagub Sumut, Termasuk Bobby Nasution

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com