Pun demikian dengan massa Gerindra dan Prabowo, yang dua pemilu sebelumnya, selalu bersaing sengit dengan usungan PDIP. Saat ini, yang mereka hadapi sejatinya malah dua paslon usungan sekaligus, yakni Nasdem-PKB-PKS serta PDIP-PPP-Hanura-Perindo.
Karena itu, di mata penulis, konsentrasi "per-ledek-an" telah terkikis cukup banyak. Debat sengit, bahkan persekusi digital, yang saat itu jadi keseharian, sejauh ini tak kita temukan intens.
Adu argumen spartan hingga anggota WAG muak, simultan ada yang meninggalkan/ditendang dari WAG, rasanya tak lagi kita mudah temukan.
Tak mungkin juga kita berharap definisi kata pemilu damai berarti sama sekali tidak ada peran kata-kata tadi. Bagaimanapun ini kontestasi, persaingan untuk jadi pemenang adalah hal wajar adanya.
Yang penting, sebagaimana penulis sampaikan di awal, eskalasi dinamika komunikasi sosial ini bisa dijaga bersama.
Tantangan ke depan adalah Pilpres 2024 kemungkinan besar dua putaran jika merujuk hasil survei terkemuka. Maka kelak akan ada dua paslon lagi.
Apakah kita akan kembali ke "zaman jahiliyah" Pemilu 2014 dan 2019? Semoga tidak!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.