Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agus Subiyanto Jadi Panglima TNI, Mitigasi Ancaman hingga Relasi TNI-Sipil Disebut Jadi Pekerjaan Rumah

Kompas.com - 23/11/2023, 10:12 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jenderal Agus Subiyanto resmi menjadi Panglima TNI setelah dilaksanakan proses pelantikan sekaligus serah terima jabatan pada Rabu (22/11/2023).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Agus Subiyanto menjadi Panglima TNI di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu pagi.

Pelantikan itu berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 102 TNI Tahun 2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Panglima TNI yang dibacakan Sekretaris Militer Presiden Laksda TNI Hersan.

Setelahnya, pada Rabu siang, dilaksanakan proses serah terima jabatan (seritijab) Panglima TNI dari Laksamana Yudo Margono kepada Agus Subiyanto di Plaza Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.

Baca juga: Jaga Netralitas, Panglima Agus Perintahkan Beri Penyuluhan agar Prajurit Tak Berpolitik Praktis

Secara khusus, Yudo Margono menitipkan pesan kepada Agus agar TNI tetap profesional dan tangguh.

“Tentunya saya juga menitipkan supaya TNI tetap profesional, modern, dan tangguh dalam menjaga kedaulatan Republik Indonesia yang kita cintai bersama ini,” kata Yudo yang akan memasuki usia pensiun pada akhir November 2023.

Sebelumnya, DPR RI telah mengesahkan Agus Subiyanto menjadi Panglima TNI dalam Rapat Paripurna DPR Ke-9 Masa Persidangan II Tahun Sidang 2023-2024 yang digelar di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (21/11/2023).

Laksamana Yudo Margono resmi menyerahkan jabatan Panglima TNI kepada Jenderal Agus Subiyanto.  Proses serah terima jabatan (sertijab) digelar di Plaza Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (22/11/2023) siang.KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA A Laksamana Yudo Margono resmi menyerahkan jabatan Panglima TNI kepada Jenderal Agus Subiyanto. Proses serah terima jabatan (sertijab) digelar di Plaza Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (22/11/2023) siang.

Komitmen jaga netralitas TNI

Sebagai Panglima TNI, Agus mengaku telah menginstruksikan jajaran di bawahnya untuk memberikan penyuluhan mengenai netralitas TNI agar prajurit tidak berpolitik praktis.

Penyuluhan netralitas itu dilakukan salah satunya dengan mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu.

"Saya sudah menginstruksikan pada jajaran di mana di satuan bawah, untuk memberikan penyuluhan tentang netralitas TNI yang sudah tertuang dalam UU 34/2004 (tentang TNI), di situ prajurit tidak boleh berpolitik praktis," kata Agus usai dilantik di Istana Negara, Rabu.

Baca juga: Laksamana Yudo Margono Serahkan Jabatan Panglima TNI ke Jenderal Agus Subiyanto

Selain penyuluhan, Panglima TNI sebelumnya, Yudo Margono juga telah membentuk posko pengaduan masyarakat untuk mengawal jalannya Pemilu 2024. Masyarakat bisa melapor ke posko jika menemukan prajurit TNI yang tidak netral.

Agus Subiyanto juga mengatakan, akan menjatuhkan sanksi kepada prajurit yang kedapatan tidak netral di Pemilu 2024.

"Apabila ada oknum TNI masih organik melakukan politik praktis, akan ada tindakan pidana ataupun teguran pimpinannya. Itu tertuang dalam buku saku yang kita berikan kepada seluruh prajurit sehingga tahu apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan," ujar Agus.

Usung “Prima”

Dalam paparannya saat fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan di DPR, Agus mengusung visi ”Prima”. Istilah itu kependekan dari profesional, responsif, integratif, modern, dan adaptif.

Kemudian, ada lima misi yang dipaparkan. Pertama, memelihara dan memantapkan profesionalisme TNI sebagai alat pertahanan negara.

Kedua, meningkatkan kemampuan yang responsif menghadapi perkembangan lingkungan strategis.

Baca juga: Kekayaan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Rp 19,3 Miliar

Ketiga, memantapkan kemampuan TNI yang integratif serta bersinergi dengan kementerian/lembaga dan komponen bangsa lainnya.

Keempat, mewujudkan percepatan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.

Kelima, mewujudkan TNI yang adaptif terhadap tuntutan tugas dan spektrum ancaman.

Untuk mencapai itu, Agus menyampaikan sejumlah program prioritas. Untuk memelihara dan memantapkan profesionalisme TNI, misalnya, TNI harus terlatih dengan baik (well-trained), terorganisasi dengan baik (well-organized), dilengkapi persenjataan dengan baik (well equipped), dan dibiayai dengan baik (well-paid).

”Sebagai tambahan, terkait kesejahteraan, pada kesempatan ini saya juga ingin menyampaikan bahwa atas semua jasa dan pengorbanan para pejuang dan senior TNI, saya akan memberikan perhatian kepada para purnawirawan dan warakawuri,” kata Agus.

Baca juga: Jawab Tudingan Terlalu Cepat Jadi Panglima, Agus Subiyanto: Tidak Ujug-ujug

Pendekatan masalah Papua

Setelah proses sertijab Panglima TNI, Agus Subiyanto juga menyampaikan konsep pendekatan terkait masalah keamanan di Papua.

Pendekatan itu disebutnya dengan “smart power”, yang merupakan kombinasi antara pendekatan soft power dan hard power.

Agus akan melanjutkan operasi teritorial di Papua, seperti pada zaman kepemimpinan Laksamana Yudo Margono.

“Jadi menghadapi Papua itu harus smart power. Menggunakan soft power, kita akan kedepankan operasi teritorial,” kata Agus.

Baca juga: Soal Pembebasan Pilot Susi Air, Panglima TNI Agus Subiyanto Sebut Akan Pakai Smart Power

Kemudian, untuk hard power, Agus tetap menggunakan pendekatan senjata karena Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) masih kombatan.

“Karena mereka (Organisasi Papua Merdeka/Kelompok Kriminal Bersenjata) masih kombatan, jadi akan kita lawan dengan senjata tentunya,” ujar Agus.

“(Dengan) pasukan kita yang terlatih tadi, yang saya sampaikan di awal, well-trained,” tuturnya lagi.

Mitigasi ancaman hingga relasi TNI-Sipil jadi "PR"

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) bagi Agus, seperti mitigasi tantangan dan ancaman pada masa depan.

“Cara pandang terhadap ancaman dan doktrin memang perlu lebih antisipatif dan responsif dalam rangka menghadapi berbagai ancaman non-konvensional dan bentuk-bentuk peperangan masa depan maupun berbagai tantangan di kawasan rawan konflik yang berkaitan dengan kedaulatan dan keutuhan negara,” kata Fahmi saat dihubungi, Rabu petang.

Baca juga: 10 Bulan Pilot Susi Air Disandera KKB, Panglima Agus: Kita Kedepankan Operasi Teritorial

Fahmi mengungkapkan, cara pandang dan doktrin itu tentunya tetap mengacu pada sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang diatur oleh konstitusi.

Pekerjaan rumah selanjutnya terkait relasi TNI-sipil yang masih berjarak. Menurut Fahmi, relasi militer-sipil masih bermasalah.

Kemudian, dalam hal kesejahteraan prajurit, tanggung jawab Agus Subiyanto adalah memastikan setiap prajurit beserta keluarga mendapatkan perawatan yang layak dan terpenuhi hak-haknya.

Fahmi mengatakan, tugas dan tantangan terberat Agus Subiyanto adalah memelihara dan meningkatkan profesionalisme, integritas, dan kepatuhan prajurit pada hukum di lingkungan TNI.

“Kita berharap tidak ada lagi kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dan kekerasan yang tidak patut yang dilakukan oleh prajurit di tengah masyarakat,” kata Fahmi.

Baca juga: Soal Pendekatan Masalah Papua, Panglima Agus: Karena OPM Masih Kombatan, Kita Lawan dengan Senjata

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com