Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soegondo Djojopuspito, Tokoh Sumpah Pemuda yang Tak Pernah Punya Mobil...

Kompas.com - 28/10/2023, 09:25 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Seminggu yang lalu, saya jatuh dari becak, karena becaknya ditabrak Honda. Untung saya selamat”. Demikian dituliskan Sugondo Djojopuspito dalam salah satu suratnya yang diungkap oleh Soebagijo IN, wartawan dan penulis sejarah pers.

Dalam suratnya, Sugondo menuturkan, saat itu hanya tulang kakinya yang terasa sakit.

Bukan mengejutkan seorang Sugondo naik becak. Dituliskan oleh sejarawan dan profesor riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Asvi Warman Adam dalam Kompas edisi 28 Oktober 2010, Soegondo memang tak pernah punya mobil sendiri, bahkan sampai akhir hayatnya.

Tokoh Sumpah Pemuda dari kalangan Taman Siswa tersebut dikenal sebagai sosok sederhana, meski kontribusinya besar kepada negara.

Tokoh pergerakan

Soegondo lahir 22 Februari 1905 di Tuban, Jawa Timur. Tahun 1925, ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, walaupun tidak sampai tamat.

Saat menempuh pendidikan hukum itu, Soegondo tinggal di rumah seorang pegawai pos. Karenanya, dia bisa mendapatkan majalah Indonesia Merdeka terbitan Perhimpunan Indonesia di Belanda, yang sebenarnya dilarang masuk Indonesia.

Baca juga: Sumpah Pemuda, Sjahrir, dan Gibran

Soegondo memang gemar membaca buku. Tak hanya yang berbahasa Indonesia, buku dalam berbagai bahasa pun dia lahap, seperti Inggris, Belanda, Perancis, dan Jerman.

Wawasan kebangsaan Soegondo semakin terbuka setelah membaca Indonesia Merdeka. Majalah ini membakar semangat Soegondo dan menyadarkannya tentang arti persatuan.

Soegondo bahkan meminjamkan majalah terlarang itu ke teman-temannya. Mereka berdiskusi politik setiap seminggu sekali.

Inilah yang menggerakkan Soegondo dan empat temannya yakni Suwiryo, Sigit, Gularso, dan Darwis, mendirikan Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926.

Kelima orang tersebut aktif menghubungi mahasiswa baru dan perkumpulan pemuda untuk menanamkan persatuan Indonesia. Bahkan, mereka pernah membuat pamflet rahasia yang berisi ajakan menggulingkan pemerintah Belanda.

Sejak awal terbentuk hingga setahun setelahnya, PPPI dipimpin oleh Sigit. Lalu, pada 1927, Soegondo memimpin organisasi tersebut.

Kongres Pemuda II

Saat itu, perkumpulan pemuda kedaerahan memang tengah marak. Sebutlah Tri Koro Dharmo, Perhimpunan Indonesia, Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, dan masih banyak lainnya.

Para pemuda ini punya tujuan bersama, yakni persatuan dan mengurangi perpecahan akibat perbedaan suku hingga agama. Mereka sadar bahwa persatuan dibutuhkan untuk mencapai kemerdekaan.

Baca juga: Sumpah Pemuda Era Kini

Dari situ, muncul inisiatif untuk melebur perhimpunan para pemuda ini ke dalam sebuah musyawarah besar. Inilah cikal bakal lahirnya Kongres Pemuda.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com