Indonesia mestinya membunuh watak negara kolonial yang para pejabatnya arogan dan semena-mena. Sungguh Indonesia sedang tak baik-baik saja.
Sangat bertolak belakang dengan Sjahrir dan semangat Sumpah Pemuda. Gibran bukan menumbuhkan kepercayaan publik, yang meski masih muda (36 tahun) tapi kepemimpinan politiknya meyakinkan dan menjanjikan. Sebaliknya, ia justru menikmati privilege, terkesan “aji mumpung”.
Jokowi kepada pendukungnya kerap bilang “ojo kesusu”. Memang bukan buat Gibran, tapi pesan dan maknanya baik pula untuk Mas Gibran, putra sulungnya yang baru berusia 36 tahun.
Tak mudah bagi publik untuk percaya bahwa Jokowi tak cawe-cawe. Tak mungkin Gibran dipinang Prabowo dan diterima parpol Koalisi Indonesia Maju tanpa kuasa Jokowi.
“Menang ora kondhang, kalah ngisin-isini” (kalau pun menang tak membuat tersohor, tapi bila kalah akan memalukan). Pepatah Jawa itu akan menghantui dinasti Jokowi, sehingga Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dikhawatirkan rentan kecurangan dan konflik.
Bung Karno hanya butuh 10 pemuda untuk mengguncang dunia. Tentu saja pemuda yang progresif revolusioner, seperti yang berkongres pada 28 Oktober 1928. Bukan pemuda yang miskin gemblengan kepemimpinan, bukan pula yang dimanja privilege.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.