Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andang Subaharianto
Dosen

Antropolog, dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember, Rektor UNTAG Banyuwangi, Sekjen PERTINASIA (Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia)

Sumpah Pemuda, Sjahrir, dan Gibran

Kompas.com - 28/10/2023, 06:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jangan bayangkan hari ini, yang serba ada, serba mudah. Transportasi mudah, komunikasi gampang. Para pemuda hari ini mau kongres setiap hari dengan bergilir dari satu kota ke kota lain di Indonesia tak kesulitan.

Tahun 1928, di Batavia sekalipun, tentu butuh semangat dan nyali besar. Apalagi, pemerintah kolonial Hindia-Belanda sedang galak-galaknya terhadap pergerakan bumiputra pasca-pemberontahan di Sumatera Barat 1926 dan 1927. Organisasi dan tokoh pergerakan sedang diawasi betul oleh penguasa kolonial.

Namun, para pemuda dengan semangat tinggi dan nyali besar tetap menggelar kongres. Mereka memilih “bunuh diri” kelas.

Mereka bukan golongan masyarakat yang tak punya hak istimewa (privilege). Mereka memiliki privilege, namun tak mengambilnya untuk kemewahan sendiri. Sebaliknya, privilege itu dipersembahkan buat rakyat yang terjajah dan masa depannya.

Satu di antara mereka adalah Sutan Sjahrir, yang kala itu baru 19 tahun dan saat menerima jabatan sebagai perdana menteri Indonesia pada awal kemerdekaan berusia 36. Usia sangat muda untuk jabatan perdana menteri.

Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar, menyebut Sjahrir sebagai pembenar atas tampilnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto.

Seperti Gibran sebagai putra presiden, Sutan Sjahrir bukan tak memiliki privilege. Terlahir sebagai putra pegawai pemerintah kolonial – ayahnya menjabat penasihat Sultan Deli dan juga kepala jaksa atau “landraad” pada masa pemerintahan kolonial Belanda – Sjahrir berkesempatan masuk sekolah terbaik pada zamannya.

Sjahrir menyelesaikan pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School) atau setingkat sekolah dasar, lalu masuk MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Di MULO, ia banyak membaca buku-buku asing terbitan Eropa, juga karya-karya sastra dari luar. Tamat dari MULO pada 1926, ia hijrah ke Bandung, bersekolah di AMS (Algemeene Middelbare School) yang merupakan sekolah termahal dan terbaik di Bandung.

Di Bandung itulah semangat nasionalisme dan jiwa pergerakan Sutan Sjahrir tumbuh dan terasah di lapangan. Ia mulai mengenal Tjipto Mangunkusumo, yang saat itu telah dikenal sebagai tokoh pergerakan. Tjipto sering berpidato di alun-alun di Bandung.

Di samping banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku terbitan Eropa, Sjahrir juga mengikuti klub kesenian di sekolahnya.

Ia juga aktif dalam klub debat di AMS, lalu mendirikan sekolah Tjahja Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat) yang ditujukan untuk anak-anak buta huruf dan dari keluarga tidak mampu.

Pada 1927, usianya baru 18 tahun, Sjahrir diberi amanah menjadi bagian dari pendiri Jong Indonesien (kelak disebut Pemuda Indonesia).

Organisasi ini sayap Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan tugas menghimpun pemuda nasionalis yang sebelumnya masih terpecah-pecah per daerah. Di sanalah Sjahrir terlibat menggerakkan pemuda progresif untuk Kongres Pemuda II 1928.

Status pemimpin pergerakan dengan sapaan populer "Bung Kecil" lalu melekat pada diri Sjahrir. Terutama setelah belajar di Belanda dan mendalami sosialisme serta bergabung dengan Perhimpunan Indonesia (PI) yang dipimpin oleh Mohammad Hatta.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com