Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Jika Tidak dengan Prabowo, Lantas Siapa Pendamping Ideal Ganjar Pranowo?

Kompas.com - 01/10/2023, 06:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Referensi terbaru tentu pemilihan presiden 2019 lalu, di mana Jokowi berpasangan dengan tokoh senior NU, KH Ma’ruf Amin, yang ikut memastikan bertahannya Jokowi di Istana sampai hari ini.

Preseden politik lainnya adalah pemilihan presiden 2004, di mana Megawati berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi. Namun tahun itu, Megawati dan PDIP harus menelan kekalahan yang cukup telak dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.

Pun di saat Megawati menjadi presiden, Megawati ditemani tokoh yang juga diidentifikasi memiliki latar NU, yakni Hamzah Haz.

Selama keduanya berpasangan sebagai presiden dan wakil presiden, nyaris tak ada ketegangan politik yang berarti di antara keduanya, layaknya ketegangan politik antara SBY dan JK, yang membuat SBY kemudian harus memilih Boediono pada pemilihan presiden 2009.

Namun jika dikaitkan dengan potensi elektoral dari koalisi PDIP dan kalangan Nahdliyin, era Megawati dan Hamzah Haz semestinya tak dijadikan referensi dan preseden, karena tidak dipilih melalui pemilihan langsung.

Jadi yang layak dijadikan pertimbangan hanya pemilihan 2004 dan 2019 di mana PDIP sama-sama menggandeng tokoh NU sebagai calon wakil presiden.

Dari kedua preseden tersebut, maka hasilnya ternyata sangat tidak meyakinkan. Pada 2004, Megawati dan KH Hasyim Muzadi kalah telak.

Sementara 2019, Jokowi dan Ma’ruf Amin menang, tapi tidak telak, alias dengan marjin yang tidak terlalu lebar.

Artinya apa? Artinya, belum ada jaminan pasti bahwa bakal calon presiden dari PDIP akan menang jika kembali dipasangkan dengan tokoh NU.

Selain dua referensi di atas yang hasilnya masih 50:50, karena yang pertama kalah dan yang kedua menang, ada beberapa hal lagi yang harus ditimbang secara mendalam oleh PDIP.

Pertama, pada Pilpres 2019, Jokowi berpasangan dengan calon wakil presiden dari NU non Jawa, yang punya basis suara di Banten dan Jawa Barat.

Jadi kala itu suara Jokowi cukup terbantu oleh Ma’ruf Amin di Banten dan Jawa Barat, bukan hanya di Jawa Timur karena alasan Ma’ruf Amin adalah tokoh senior NU.

Dengan kata lain, jika PDIP masih bertahan dengan rumusan klasik untuk tetap mencari celah bersama dengan tokoh NU, maka tokoh tersebut harusnya memiliki potensi suara di kantong suara yang memiliki pemilih besar, terutama Jawa Barat dan Banten, alias tidak hanya Jawa Timur.

Kedua, pemilihan Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden Anies Baswedan akan sangat berpengaruh pada suara Nahdliyin tahun 2024 nanti.

Prabowo mengalami kekalahan pada 2019, karena Sandiaga Uno tidak mampu menopang suara Prabowo di kantong-kantong suara Nahdliyin.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Nasional
Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Nasional
Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Nasional
WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

Nasional
Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Nasional
Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Nasional
Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Nasional
KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

Nasional
Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Nasional
Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Nasional
DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com