Puluhan tahun telantar dan menunggu, mereka hanya mendapatkan harapan palsu dari Pemerintah untuk bisa pulang ke Tanah Air.
Ia lantas menceritakan, seorang eksil yang sudah lanjut usia dan menjalani hidup sebagai seniman, Hartoni Ubes, berkata dengan sangat halus, meminta ia dan teman-temannya tidak diberi harapan palsu.
“Kami sudah 85 (tahun) dan kami akan sangat bahagia apabila janji itu menjadi sebuah kenyataan,” kata Kenssy menirukan Ubes.
“Dan ini kenyataannya Pak Ubes, kita melangkah ke depan untuk bersama-sama membangun negara RI,” tuturnya.
Namun, kedatangan Mahfud, Yasonna, dan rombongannya membawa harapan bagi eksil yang ingin pulang atau meninggal di kampung halaman.
Adapun Mahfud dan Yasonna datang untuk berdialog dengan korban eksil 1965 di Eropa.
Praha merupakan tempat kedua setelah mereka bertemu 65 eksil di Amsterdam, Belanda, satu hari sebelumnya.
Pada kesempatan itu, Mahfud dan Yasonna mengatakan, Pemerintah berkomitmen memulihkan hak konstitusional para eksil 1965.
Pemerintah juga memberikan kemudahan kepada para eksil yang ingin pulang ke Indonesia dengan layanan keimigrasian khusus yang ada di bawah wewenang Yasonna.
Kebijakan ini merupakan bentuk implementasi perintah Presiden Joko Widodo terkait penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masa lalu secara nonyudisial, tanpa menafikan proses hukum.
Selain itu, Mahfud menyatakan, korban eksil 1965 yang selama ini dituduh musuh negara dan pembangkang tidak memiliki kesalahan apa pun kepada negara.
“Anda adalah warga negara, Anda adalah pencinta negara kesatuan Republik Indonesia, dan Anda tidak pernah bersalah kepada negara ini (Indonesia),” kata Mahfud dalam pertemuan yang disiarkan secara live itu.
Para eksil yang hadir dalam pertemuan itu adalah Ing. Jaroni Soejomartono, Mgr. Soegeng Soejono, Ing. Hartoni Ubes, Ing. Karsidi Rantiminpoetro, Daud Hakim, dan Ing. Siswartono Sarodjo.
Kemudian, Ahmad Dahlan, Ing. Rachmy Soebajo, Sri Wahyuni Kansil, dan Ing. Agung Tjokorda yang sakit keras tetapi ingin menjadi WNI dan diwakili oleh anaknya.
Selain itu, sejumlah eksil juga turut hadir secara virtual. Mereka adalah Usman Djalil dari KBRI Wina, Profesor Sudaryanto Yanto Priyono dari KBRI Moskwa, Raden Imam Soebijanto Dewobroto dari KJRI Frankfurt, dan anak Tengku Damrah dari KBRI Bratislava, eksil yang telah meninggal pada 2013.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.