Sebagaimana publik katahui, Airlangga terseret kasus dugaan korupsi terkait kebijakan minyak kelapa sawit yang sedang disidik kejaksaan.
Di poros PDIP-Ganjar ada PPP yang semula membentuk koalisi bersama Partai Golkar dan PAN. PPP menyodorkan Sandiaga Uno sebagai pendamping Ganjar tak lama setelah Ganjar dideklarasikan oleh PDIP.
Terkesan bertindak cepat untuk mendahului parpol lain merapat ke PDIP. Meski hingga kini masih setia bersama PDIP-Ganjar, dalam beberapa kesempatan tampak juga mulai lirak-lirik ke poros Prabowo Subianto.
Gaya dansa PDIP-Ganjar juga sempat menggoda Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat. Ia sempat memuji-muji Puan Maharani, putri Megawati dan Ketua DPP PDIP, pascapertemuan keduanya.
Apalagi, nama AHY termasuk kandidat bacawapres Ganjar yang disebut Puan. Bahkan, goyangan dansa Puan sempat membuat ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bermimpi naik kereta api bersama Jokowi dan Megawati. Begitu kuat daya tarik dansa Puan.
Meski rasionalitas politiknya rendah, ternyata pernyataan Said Abdullah, Ketua DPP PDIP, yang menghitung-hitung kemungkinan Ganjar berpasangan dengan Anies Baswedan juga direspons cepat dan positif oleh Partai Nasdem dan PKS.
Ganjar dan Anies dipuji-puji sebagai pemimpin muda yang cerdas dan cocok memimpin Indonesia. Meski baru sebatas ide, belum ada pergerakan nyata.
Pergerakan akrobatik perseorangan tak kalah heboh. Ambil satu kasus saja yang paling heboh, yakni merapatnya Budiman Sudjatmiko ke poros Prabowo.
Budiman Sudjatmiko adalah kader PDIP, pernah menjadi anggota DPR dua periode dari PDIP. Ia ikon aktivis ’98 yang pernah masuk bui zaman rezim Soeharto.
Budiman diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999. Ia juga merupakan salah satu korban penculikan aktivis menjelang rezim Soeharto runtuh yang melibatkan Prabowo Subianto.
Tiba-tiba saja beberapa hari lalu, Budiman berdansa bersama Prabowo di Semarang dengan kode “Prabu” (Prabowo Budiman Bersatu). Aneh, tapi nyata.
Bagi Prabowo tentu saja Budiman sangat bernilai. Bukan dari sudut elektoral, melainkan pencintraan.
Ikon aktivis ’98 itu sangat penting untuk “mencuci” masa lalu Prabowo. Tak aneh sebagian aktivis ’98 menilai akrobatik Budiman sebagai pengkhianatan.
Benar metafor Megawati, pergerakan politik para aktor politik akhir-akhir ini bagaikan orang berdansa, “politik dansa”. Paham dan haluan politik tidak dianggap penting. Politikus bisa berganti paham dan haluan politik serta bebas berpindah arah politik.
Barangkali seperti peribahasa Jawa “esok dhele, sore tempe” (pagi kedelai, sore tempe). Ungkapan bijak untuk menandai orang yang mudah terombang-ambing terbawa angin karena tidak punya pendirian. Inikah yang disebut politik itu serba mungkin?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.