Salin Artikel

Politik Dansa

”Berdansa itu bisa sendiri, bisa berduaan, bisa ramai-ramai, bisa slow motion, atau gerakannya pelan seperti waltz. Terus ada rumba yang gerakannya cepat. Terus ada rock and roll yang bergonta-ganti pasangan. Yang itu berganti di sana, lalu yang itu berganti di sini,” kata Megawati.

Metafor tersebut, kata Megawati, untuk menjawab pertanyaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang situasi perpolitikan pada akhir kepemimpinan yang kedua (Kompas.id, 22/08/2023).

Tampaknya tak salah. Saya mengamini “politik dansa” tersebut.

Coba kita lihat beberapa saja pergerakan akrobatik politik akhir-akhir ini. Baik dari partai politik (parpol) maupun perorangan.

Jauh sebelum PDIP mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (bacapres), PSI sudah mengusung nama gubernur Jawa Tengah itu ke mana-mana.

Bahkan, kala itu di internal PDIP masih tarik-menarik antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani.

Hasil survei sejumlah lembaga saat itu memang selalu menempatkan Ganjar pada posisi tertinggi. Namun, beberapa hari lalu, dari panggung Kopi Darat Nasional (Kopdarnas), PSI memberi isyarat pindah ke lain hati, ke poros Prabowo Subianto.

PAN datang berombongan ke PDIP dan disambut oleh para elite partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut itu.

PAN menyodorkan Erich Thohir, menteri BUMN yang pernah memegang posisi penting pada milad ke-100 tahun NU, sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) mendampingi Ganjar.

Begitu pula Partai Golkar merapat ke PDIP. Boleh jadi juga menawarkan Airlangga Hartarto, sang ketua umum, sebagai pendamping Ganjar. Atau, bisa pula kepentingan lain yang dinegosiasikan.

Namun, bagaikan petir siang bolong, 13 Agustus 2023, PAN dan Partai Golkar secara bersama-sama merapat ke poros Prabowo Subianto.

Untuk PAN, mungkin karena proposalnya tidak segera direspons PDIP. Boleh jadi Megawati kurang cocok dengan profil Erich Thohir untuk dipasangkan dengan Ganjar.

Sebagai tokoh muda, ia terkesan cepat berubah pendirian politik (political belief). Belum lama mesra dengan kalangan NU, tiba-tiba dekat dan ditawarkan sebagai bacawapres oleh PAN.

Sementara Partai Golkar bergeser ke lain hati setelah secara internal digoyang isu munaslub dan sang ketua umum, Airlangga Hartarto, menjalani proses hukum.

Sebagaimana publik katahui, Airlangga terseret kasus dugaan korupsi terkait kebijakan minyak kelapa sawit yang sedang disidik kejaksaan.

Di poros PDIP-Ganjar ada PPP yang semula membentuk koalisi bersama Partai Golkar dan PAN. PPP menyodorkan Sandiaga Uno sebagai pendamping Ganjar tak lama setelah Ganjar dideklarasikan oleh PDIP.

Terkesan bertindak cepat untuk mendahului parpol lain merapat ke PDIP. Meski hingga kini masih setia bersama PDIP-Ganjar, dalam beberapa kesempatan tampak juga mulai lirak-lirik ke poros Prabowo Subianto.

Gaya dansa PDIP-Ganjar juga sempat menggoda Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat. Ia sempat memuji-muji Puan Maharani, putri Megawati dan Ketua DPP PDIP, pascapertemuan keduanya.

Apalagi, nama AHY termasuk kandidat bacawapres Ganjar yang disebut Puan. Bahkan, goyangan dansa Puan sempat membuat ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bermimpi naik kereta api bersama Jokowi dan Megawati. Begitu kuat daya tarik dansa Puan.

Meski rasionalitas politiknya rendah, ternyata pernyataan Said Abdullah, Ketua DPP PDIP, yang menghitung-hitung kemungkinan Ganjar berpasangan dengan Anies Baswedan juga direspons cepat dan positif oleh Partai Nasdem dan PKS.

Ganjar dan Anies dipuji-puji sebagai pemimpin muda yang cerdas dan cocok memimpin Indonesia. Meski baru sebatas ide, belum ada pergerakan nyata.

Pergerakan akrobatik perseorangan tak kalah heboh. Ambil satu kasus saja yang paling heboh, yakni merapatnya Budiman Sudjatmiko ke poros Prabowo.

Budiman Sudjatmiko adalah kader PDIP, pernah menjadi anggota DPR dua periode dari PDIP. Ia ikon aktivis ’98 yang pernah masuk bui zaman rezim Soeharto.

Budiman diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999. Ia juga merupakan salah satu korban penculikan aktivis menjelang rezim Soeharto runtuh yang melibatkan Prabowo Subianto.

Tiba-tiba saja beberapa hari lalu, Budiman berdansa bersama Prabowo di Semarang dengan kode “Prabu” (Prabowo Budiman Bersatu). Aneh, tapi nyata.

Bagi Prabowo tentu saja Budiman sangat bernilai. Bukan dari sudut elektoral, melainkan pencintraan.

Ikon aktivis ’98 itu sangat penting untuk “mencuci” masa lalu Prabowo. Tak aneh sebagian aktivis ’98 menilai akrobatik Budiman sebagai pengkhianatan.

Benar metafor Megawati, pergerakan politik para aktor politik akhir-akhir ini bagaikan orang berdansa, “politik dansa”. Paham dan haluan politik tidak dianggap penting. Politikus bisa berganti paham dan haluan politik serta bebas berpindah arah politik.

Barangkali seperti peribahasa Jawa “esok dhele, sore tempe” (pagi kedelai, sore tempe). Ungkapan bijak untuk menandai orang yang mudah terombang-ambing terbawa angin karena tidak punya pendirian. Inikah yang disebut politik itu serba mungkin?

https://nasional.kompas.com/read/2023/08/25/14051061/politik-dansa

Terkini Lainnya

 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Nasional
 Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Nasional
PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

Nasional
PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

PAN Setia Dukung Prabowo Selama 15 Tahun, Zulhas: Ada Kesamaan Visi dan Cita-cita

Nasional
Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Nasional
Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Pansel Capim KPK Diminta Tak Buat Kuota Pimpinan KPK Harus Ada Unsur Kejaksaan atau Kepolisian

Nasional
Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Berkaca dari Kasus Firli, Pansel Capim KPK Diminta Lebih Dengarkan Masukan Masyarakat

Nasional
Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Sidang Kasus SYL Menguak Status Opini WTP BPK Masih Diperjualbelikan

Nasional
Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Kemenag Sepakat Proses Hukum Penggerudukan Ibadah di Indekos Dilanjutkan

Nasional
Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Soal Komposisi Pansel Capim KPK, Pukat UGM: Realitanya Presiden Amankan Kepentingan Justru Mulai dari Panselnya

Nasional
PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke