Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ilham Yuli Isdiyanto
Dosen

Direktur Translektual: Pusat Penelitian Politik dan Hukum

Koalisi Vs Oposisi: Mana Cara Sehat Berdemokrasi?

Kompas.com - 10/05/2024, 08:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERTARUNGAN sudah usai, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming adalah pemenang dalam “gladiator” pesta demokrasi.

Para lawan sudah mulai tertunduk untuk bergabung dalam barisan pemenang. Namun ada juga yang menunjukkan taring mencari jalan terjal sebagai penyeimbang dengan gelar oposisi.

Gerbong pemerintahan baru akan berjalan, “sang masinis” sedang mencari penumpang dengan satu “visi misi” kenegaraan. Dalam negara demokrasi dapatkah semua berjalan seperti yang diimpikan?

“Drama” Demokrasi

Demokrasi memang membutuhkan prasyarat rasionalitas, karena seorang pemimpin yang terpilih adalah primus inter pares (terbaik dari yang terbaik) dengan penilaian integritas, kapasitas, dan kapabilitas.

Hanya saja, demokrasi di Indonesia menegasikan semuanya dengan menjunjung “hati”, bukan hati yang tulus melainkan “baperan”.

Politik baperan yang ada di Indonesia bersifat temporer, karena yang menang tetaplah “kepentingan”, menjadi kawan ataupun lawan adalah bagian dari matematika kepentingan atas perebutan kekuasaan, bukan kepentingan perjuangan kedaulatan rakyat.

Alih-alih menonton drama Korea, sepertinya drama politik Indonesia jauh lebih menarik.

Pada awal kontestasi penentuan calon presiden dan wakil presiden dari partai politik, masyarakat dihebohkan “drama” intrik Joko Widodo dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), bahkan “Sang Ibu” pun sampai marah-marah.

Pascakontestasi pun drama ini masih berlanjut. Foto Jokowi hilang di ruang rapat Kantor DPD PDIP Sumatera Utara yang menyisakan hanya foto Wakil Presiden Ma’ruf Amin, menandakan bahwa drama ini memasuki babak baru.

Drama lainnya pun muncul, kala lawan “berjatuhan” menjadi kawan menjadi satu gerbong dengan Prabowo-Gibran.

Seperti Partai Nasdem yang sudah mengambil peluang koalisi, maka partai lain disebut-sebut akan tergiur dengan tawaran kekuasaan ini.

Bahkan, jatah tiga kursi menteri untuk PDIP sampai saat ini belum membuat Sang Ibu mengangguk.

Demokrasi gotong royong

Seorang pemimpin akan mendambakan stabilitas, namun berbeda dengan lawan politiknya yang akan selalu mendorong si pemimpin selalu mawas diri agar situasi demokratis tetap berlangsung.

Kredo Lord Acton masih menjadi pegangan di mana kekuasaan selalu cenderung pada penyalahgunaan dan kekuasaan yang absolut sudah pasti akan mengarah pada penyalahgunaan.

Dari sini, jelas pandangan urgensi oposisi sama pentingnya dengan urgensi pemerintahan itu sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menteri LHK: RI Masih Terima Ruang Dukungan Pihak Lain untuk Turunkan Emisi Karbon

Menteri LHK: RI Masih Terima Ruang Dukungan Pihak Lain untuk Turunkan Emisi Karbon

Nasional
Minta Jokowi Tunda RUU Polri, Koalisi Masyarakat: Isi Kontennya Berbahaya

Minta Jokowi Tunda RUU Polri, Koalisi Masyarakat: Isi Kontennya Berbahaya

Nasional
RUU Polri Beri Polisi Wewenang Penyadapan, ELSAM: Ini Bisa Sangat Liar...

RUU Polri Beri Polisi Wewenang Penyadapan, ELSAM: Ini Bisa Sangat Liar...

Nasional
Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

Tren Ubah Aturan Hukum demi Menjaga Kekuasaan Diprediksi Bakal Terulang

Nasional
Putusan MA Dianggap 'Deal' Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

Putusan MA Dianggap "Deal" Agenda Politik Jokowi Jelang Akhir Jabatan

Nasional
Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

Aturan Pengawasan PPNS di RUU Polri Dianggap Hambat Kerja Penyidik KPK hingga Kejagung

Nasional
Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

Tangkap Buron Paling Dicari Thailand, Polri Minta Timbal Balik Dibantu Ringkus Fredy Pratama

Nasional
Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

Buron Paling Dicari, Chaowalit Thongduang, Bikin Rakyat Thailand Tak Percaya Polisi

Nasional
Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

Pilih Kabur ke Aceh, Chaowalit Buron Nomor 1 Thailand Merasa Mirip Orang Indonesia

Nasional
37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan

Nasional
Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

Polisi Periksa 8 WNI Usai Tangkap Chaowalit Si Buron Nomor 1 Thailand, dari Ojol hingga Agen Sewa Kapal

Nasional
7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

7 Bulan Kabur ke Indonesia, Buronan Thailand Nyamar jadi Warga Aceh dan Bikin KTP Palsu

Nasional
Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

Tak Setuju Perpanjangan Bansos Disebut Cawe-cawe, Dasco: Kecurigaan Tak Beralasan

Nasional
Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

Tapera Dikhawatirkan Jadi Ladang Korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri

Nasional
Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

Permintaan Otoritas Thailand, Chaowalit Si Buron Nomor 1 Tak Ditampilkan Saat Jumpa Pers

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com