JAKARTA, KOMPAS.com - Polri diminta terus mendalami apakah tersangka kasus terorisme yang juga pegawai PT KAI, DE, yang selama 13 tahun terlibat kelompok radikal memiliki jejaring.
Menurut pengamat terorisme dari UIN Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarak, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri perlu mengusut apakah DE memang hanya bergerak seorang diri, atau sebenarnya mempunyai jejaring lain yang satu pemahaman.
Dia meyakini jika DE terlibat aktivitas kelompok radikal selama itu maka kemungkinan sudah membentuk jejaring.
"Densus harus mengungkap secara lebih transparan. Dengan aktifitasnya selama 13 tahun, hampir pasti dia sudah punya Team work, bukan terlibat sendiri (lone wolf)," kata Zaki saat dihubungi pada Selasa (15/8/2023).
Baca juga: Pegawai BUMN jadi Tersangka Terorisme, Wapres Duga Proses Screening Kebobolan
Menurut Zaki, dalam kasus serupa sebelumnya, Densus ikut membongkar jaringan kelompok radikal dan menangkap aktor2 lain yang terkait.
"Tapi, sampai hari ini kok hanya DE? Ini agak janggal. Densus 88 perlu memberikan klarifikasi lebih komprehensif," ucap Zaki.
Zaki juga mempertanyakan sikap Polri yang baru membongkar kedok DE, padahal disebut sudah diawasi sejak 2016 silam.
Apalagi, lanjut Zaki, dalam penggeledahan di kediaman DE, polisi memperlihatkan sejumlah senjata api dan amunis yang kemungkinan besar tidak didapatkan dalam waktu singkat dan butuh biaya yang tak sedikit.
Baca juga: Tersangka Teroris di Bekasi Simpan Rapi Senpi dan Peluru di Dalam Kardus
"Dengan banyaknya senjata dan peluru, tidak mungkin DE terlibat sendirian. Siapa yg membantu memodififikasi, merakit, dan membeli senjata-senjata itu? Di sini hampir pasti ada peran perantara, pemberi dana, dan penjual," papar Zaki.
Menurut catatan Zaki sebelumnya terdapat 3 kasus terorisme yang melibatkan pegawai BUMN.
Pada 2015, seorang pejabat Otorita Batam bernama Dwi Djoko Wiwoho bergabung dengan ISIS. Bahkan dia bersama keluarga besarnya sempat hijrah ke Suriah, meski akhirnya dipulangkan dan aktivitasnya dipantau.
Kedua seorang pejabat menengah di Kementerian Keuangan Triyono, yang juga terpengaruh kelompok ISIS. Ia hijrah bersama istri dan 3 anaknya ke Suriah, tapi berhasil ditangkap dan dideportasi dari Turki.
Baca juga: Tersangka Teroris di Bekasi Ditangkap, Warga Beri Perhatian ke Anak dan Istri Pelaku
Lantas pada 2019, seorang pegawai Krakatau Steel Cilegon, Qomar Kuntadi, bergabung dengan ISIS melalui Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Dia dipenjara 3 tahun.
Sebelumnya diberitakan, DE ditangkap di Jalan Raya Bulak Sentul, RT 07 RW 027, Harapan Jaya, Bekasi Utara, pada Senin (14/8/2023) pukul 13.17 WIB.
Dia disebut aktif melakukan propaganda di media sosial terkait motivasi untuk jihad melalui media sosial Facebook.
Dalam penangkapan dan penggeledahan, tim Densus 88 AT Polri menyita sejumlah bukti, yakni sejumlah identitas diri hingga belasan senjata api beserta amunisinya.
Menurut penjelasan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, DE sudah terafiliasi kelompok terorisme selama 13 tahun.
Baca juga: Terduga Teroris di BUMN Ditangkap, Cak Imin: Bukannya Sudah Bersih-bersih?
DE disebut lebih dahulu menjadi pengikut kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) dan Negara Islam Irak dan Syam atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebelum menjadi pegawai BUMN di PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Juru Bicara Densus 88 AT Polri Kombes Aswin Siregar menjelaskan, DE mulai bergabung ke kelompok teror MIB pimpinan WM sejak 2010.
“Pertama, dia bergabung dengan MIB di Bandung menjadi jamaah WM yang sudah ditangkap itu, kemudian 2014 dia menyatakan baiat tunduk kepada amir ISIS, kemudian 2016 baru dia terdaftar sebagai karyawan PT KAI,” kata Aswin di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Lebih lanjut, Aswin mengatakan, penyidik sedang mendalami hal tersebut.
Baca juga: Karyawan KAI Jadi Terduga Teroris, Komut: Ini Peringatan Keras, Harus Jadi Momentum Bersih-bersih
Aswin menjelaskan, sejak menjadi pengikut ISIS, DE aktif dalam melakukan propaganda lewat media sosialnya.
Dia kerap mengunggah soal imbauan atau ajakan melakukan aksi terorisme. Bahkan, ia juga pernah merencanakan aksi amaliah atau penyerangan ke Mako Brimob dan Markas TNI.
“Sekitar tiga minggu ke belakang puncaknya bahwa yang bersangkutan terlihat giroh (semangat)-nya semakin tinggi dengan menyebarkan ajakan atau imbauan untuk amaliah atau untuk melakukan aksi terorisme,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.