Ia tidak memungkiri bahwa kualitas udara di Jakarta akhir-akhir ini tidak baik. Indikatornya, kata Muhadjir, ia tidak bisa melihat Monumen Nasional yang jaraknya hanya sekitar 605 meter dari kantornya.
"Monas itu dari lantai 8 tempat saya kerja tidak bisa dilihat, pedot itu kayak ada kabut, tapi itu kabutnya polusi," ujar dia.
Baca juga: Sandiaga Sebut Jokowi Sudah 4 Minggu Batuk Gara-gara Polusi Udara Buruk Jakarta
Gara-gara polusi, para pejabat di atas agaknya mempunyai keluhan serupa dengan yang dialami rakyat kecil yang menjadi urusan mereka.
Seorang pengemudi ojek online, Budiharjo (62 tahun), mengeluhkan kondisi udara yang ia hirup selama perjalanan justru membuatnya tidak enak.
"Ya anginnya enggak enak. Ada panas dan ada angin, tapi rasanya enggak enak. Biasanya kalau panas dan ada angin, kan enak. Nah, ini malah enggak," kata Budihardjo saat ditemui di kawasan Rawa Badak, Jakarta Utara, Senin.
Akibatnya, Budihardjo sempat jatuh sakit karena gangguan pernapasan yang dideritanya.
Dokter memintanya untuk beristirahat dan tidak bekerja mencari penumpang untuk sementara waktu.
"Ya begitu, (kata dokter) katanya udaranya lagi kurang baik. Iya. 'Jadi, bapak harus bisa jaga diri, banyak minum vitamin'," ungkap Budihardjo.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Heru Budi: Kendaraan 2.400 cc Harus Pakai Pertamax Turbo
Dia mengikuti berbagai anjuran dokter tersebut selama beristirahat di rumah, tapi batuk-batuk tak kunjung sembuh.
Pada akhirnya, Budiharjo tak bisa berlama-lama di rumah saja dan harus kembali bekerja.
Ada dapur yang harus ia pastikan tetap mengebul, meski ia pun harus menghadapi kebulan polusi di jalan.
"Tetap saja, sudah saya jaga, makan enggak sembarangan, tetap saja kena. Ini saya masih batuk, cuma saya paksakan saja kerja," ujar Budihardjo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.