Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Josua Sitompul
Pegawai Negeri Sipil

Koordinator Hukum dan Kerja Sama Ditjen Aptika. Legal Drafter. Alumnus Faculty of Law Maastricht University. Pengajar pada Fakultas hukum Universitas Indonesia. Kepala Divisi Hukum Indonesia Cyber Law Community.

Menanti Lahirnya Peraturan Pelaksana UU PDP

Kompas.com - 31/07/2023, 09:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

UNDANG-UNDANG (UU) Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP) yang diundangkan pada 17 Oktober 2022 memberi waktu dua tahun bagi pengendali data pribadi atau prosesor data pribadi untuk menyesuaikan praktik pemrosesan data pribadi.

Waktu itu juga digunakan pemerintah untuk menyusun peraturan pelaksana UU PDP. Peraturan pelaksana yang dimaksud setidaknya terdiri dari dua pokok pengaturan, yaitu terkait lembaga pelindungan data pribadi  dan peraturan teknis pelaksanaan pelindungan data pribadi.

Sejak pembahasan rancangan UU PDP, pemerintah dan DPR memiliki acuan yang sama, yaitu General Data Protection Regulation dari Uni Eropa (GDPR). Melalui pengundangan UU PDP, diharapkan dapat terbangun sistem hukum pelindungan data pribadi yang komprehensif.

Baca juga: Jangan Sampai Bocor, Jaga Data Pribadi agar Terhindar dari Kejahatan Siber

Komprehensif di sini memiliki beberapa dimensi. Pertama, sistem hukum pelindungan data pribadi Indonesia mampu memberikan perlindungan konstitusional bagi subyek hukum Inodnesia, baik di dalam maupun di luar yurisdiksi Indonesia. Kedua, sistem hukum tersebut dapat memfasilitasi pemanfaatan dan penerapan teknologi, seperti artificial intelligence.

Ketiga, sistem hukum pelindungan data pribadi Indonesia harus kompatibel dengan instrumen regional atau multilateral.  Keempat, sistem yang dimaksud memungkinkan aliran data lintas batas (cross-border data flows) yang memberikan perlindungan setara.

Kelima, sistem hukum nasional tersebut mampu mendukung perdagangan internasional.

Dinamika Praktik Kebijakan PDP

Selama hampir setahun sejak diundangkan, terdapat beberapa dinamika dalam praktik pelindungan data pribadi yang muncul di tingkat nasional maupun internasional. Dinamika tersebut penting untuk dipertimbangkan dalam penyusunan peraturan pelaksana UU PDP.

Pertama, pelindungan data pribadi merupakan salah satu topik negosiasi dalam berbagai perjanjian atau instrumen perdagangan bebas baik secara bilateral, multilateral, atau plurilateral. Indonesia juga terlibat dalam negosiasi dimaksud.

Beberapa di antaranya ialah the WTO E-Commerce Joint Statement Initiative, Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), Indonesia-Japan CEPA, dan Indonesia-Canada CEPA.

Pembahasan pelindungan data pribadi dalam perjanjian atau instrumen perdagangan bebas yang dimaksud biasanya bermuara pada istilah, definisi, standar pelindungan data pribadi, dan komitmen untuk tetap mengoptimalkan aliran data lintas batas. Perbedaan istilah yang digunakan, antara data pribadi atau informasi pribadi, bukanlah satu aspek hukum yang mudah untuk dipertemukan. Belum lagi definisi dari istilah tersebut.

Isu yang lebih strategis adalah perbedaan standar pelindungan data pribadi antara negara pihak. Perbedaan-perbedaan tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti sistem hukum, politik, sosial dan budaya, serta teknologi.

Baca juga: UU Perlindungan Data Pribadi: Jenis Data dan Sanksi Pidananya

Dalam satu negosiasi, negara lawan runding dapat menggunakan kondisi ketiadaan sistem hukum pelindungan data pribadi yang komprehensif sebagai satu keuntungan. Sebaliknya, sitem hukum yang komprehensif dapat menjadi benteng bagi satu negara untuk melindungi data pribadi subyek hukumnya dan mengambil manfaat dari perdagangan bebas.

Kedua, kurang dari tiga bulan sejak pengundangan UU PDP, telah terdapat dua permohonan untuk menguji konstitusionalitas pasal-pasal UU PDP. Salah satu dari permohonan tersebut ialah perkara 108/PUU-XX/2022.

Dalam perkara 108/PUU-XX/2022, pemohon menguji konstitusionalitas konsep pengendali dan prosesor data pribadi sebagai entitas yang bertanggung jawab atas pemrosesan data pribadi. Keberatan pemohon ialah ketidakjelasan korporasi sebagai pengendali atau prosesor data pribadi.

Pemohon juga mempertanyakan konstitusionalitas Pasal 2 ayat (2) UU PDP. Ketentuan tersebut mengatur pengecualian keberlakuan UU PDP untuk pemrosesan data pribadi oleh orang perseorangan dalam kegiatan pribadi atau rumah tangga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com