Sementara sang ayah, Wartono, meyakini Budiman tidak seperti yang dituduhkan pemerintah yakni terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Saya muslim, haji. Kakeknya Hisbullah. Dia tak mungkin terlibat PKI, karena mendapat pendidikan agama cukup sejak kecil," ujar Wartono.
Budiman akhirnya menjalani persidangan dan divonis 13 tahun penjara pada 1997.
Baca juga: Cerita Hasto Saat Peristiwa Kudatuli: Saya Masih Kerja di BUMN, Hanya Bisa Melihat
Meski dibui, Budiman meyakini ajal rezim Orde Baru sudah dekat.
"Saya bilang sama ibu saya, bu, kalau melihat semua tanda-tanda ini enggak akan lebih dari lima tahun Orde Baru, jadi pasti saya tidak akan dipenjara 13 tahun, bahkan mungkin tidak akan lebih dari 5 tahun saya dipenjara," cerita Budiman, dalam video wawancara dengan Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho, yang diunggah Senin (15/11/2021).
Budiman menuturkan tanda-tanda yang ia yakini sebagai awal keruntuhan kekuasaan Soeharto.
Setelah ia divonis pada Mei 1997, dunia mengalami krisis moneter. Pada Juli 1997 terjadi krisis di Korea Selatan, kemudian Thailand dan menghantam Indonesia pada Agustus.
"Oke, nubuat-nubuat sedang diwujudkan. Kira-kira begitu, bukan saya dukun, bukan," ucap Budiman sembari tertawa mengenang hal itu.
Baca juga: Sekjen PDI-P Minta Pemerintah dan Komnas HAM Ungkap Aktor Intelektual Peristiwa Kudatuli
Menurut Budiman, tanda-tanda itu sudah dipelajarinya dari berbagai diskusi berbasis sejarah yang dilakukan bersama teman-temannya.
Ia berpandangan, sejarah sebagai sesuatu yang berulang. Menurut Budiman, sejarah akan berulang dengan tempat dan tokoh yang berbeda.
Lebih jauh, Budiman mengamini dirinya seperti "terselamatkan" akibat dipenjara. Sebab, pada saat yang sama, rekan-rekannya di Partai Rakyat Demokratik (PRD) justru diculik oleh rezim.
"Karena saya dipenjara, saya enggak diculik kan? Kalau saya enggak tertangkap, saya diculik, nomor satu, karena saya pimpinan (PRD)," tutur Budiman.
Budiman hanya menjalani hukuman selama lebih kurang 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada Desember 1999. Namun, Budiman tak berhenti untuk ikut terlibat dalam politik.
Baca juga: Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996 dan Kebungkaman Megawati
Ia melanjutkan karier politiknya dengan bergabung ke PDI Perjuangan. Bahkan, Budiman berhasil menduduki kursi parlemen di Senayan selama dua periode yaitu anggota DPR dari Fraksi PDI-P pada 2009-2014 dan 2014-2019.
(Penulis : Nicholas Ryan Aditya | Editor : Kristian Erdianto)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.