Sudah tidak terhitung bagaimana komunitas AI mengacukan petisi, bahkan tuntutan pada OpenAI untuk menghentikan aktivitas pembuatan model AI terbarunya, GPT-5.
Mereka yang mengajukan petisi bukan sembarang orang, di antaranya Elon Musk (CEO Tesla, SpaceX, dan Twitter), Steve Wozniak (co-founder Apple), Emad Mostaque (CEO DeepMind), serta para ahli AI lain.
Apakah alasan mereka mengajukan petisi karena ChatGPT kurang cerdas? Tidak, ChatGPT sudah sangat-sangat cerdas.
Alasan mereka mengajukan petisi karena kecerdasan ChatGPT belum terkontrol dan terjelaskan dengan baik. Istilah teknisnya belum responsible dan explainable.
Namun, kita bisa melihat dari sisi sebaliknya. Bayangkan jika "Buzzer" dan "Digital Twin" digunakan untuk meningkatkan elektabilitas seorang calon.
Dengan mengombinasikan data yang sangat spesifik tentang pemilih dan model AI yang canggih, kampanye politik dapat berubah menjadi lebih berorientasi pada pemilih. Mereka dapat membuat pesan yang benar-benar sesuai dan berarti bagi pemilih.
Lebih jauh lagi, AI sangat berpotensi digunakan pemerintah dalam kampanye untuk meningkatkan jumlah pemilih pada Pemilu 2024 kelak. Pada Pemilu 2019, tingkat partisipasi baru mencapai angka 81 persen.
Sebagai bangsa, kita harus sadar bahwa AI memiliki potensi besar untuk memengaruhi pesta demokrasi kita. Itulah mengapa pemerintah harus bergerak cepat untuk merumuskan regulasi yang akan melindungi kita dari penggunaan yang tidak etis dan berbahaya dari AI dalam politik.
Pemerintah harus memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kebaikan bersama, bukan untuk menciptakan retakan di dalam masyarakat.
Mungkin akan datang suatu hari, ketika kita bangun pagi hari dan menyadari bahwa pesta demokrasi kita telah diambil alih oleh mesin AI.
Namun, dengan kesadaran dan pengetahuan yang tinggi, didukung oleh regulasi yang tepat, kita dapat dengan tenang menghadapinya.
Pemerintah harus memastikan AI digunakan untuk tujuan baik agar menciptakan pesta demokrasi yang lebih baik, lebih luber, lebih jurdil, dan lebih mewakili semua suara masyarakat.
Pemerintah juga harus memastikan bahwa pesta demokrasi kita tetap menjadi perayaan kebebasan. Bukan malah menjadi panggung perang antar "Buzzer" para elit politik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.