JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menyinggung soal penelitian nuklir di dalam negeri.
Dia menyarankan supaya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melanjutkan riset pemanfaatan tenaga nuklir dengan fasilitas yang ada di dalam negeri.
Megawati mendorong BRIN melakukan riset nuklir dengan alasan supaya anggaran yang dialokasikan pemerintah bisa dimanfaatkan secara maksimal.
“Saya sendiri waktu dikenalkan kembali, meskipun saya banyak tahu, bahwa Bung Karno saja sudah berpikir untuk kita punya reaktor nuklir, saya sangat ingat adanya itu di Bandung namanya TRIGA,” kata Megawati saat menyampaikan sambutan dalam acara penandatanganan nota kerja sama antara BRIN dan TVRI di Jakarta, Senin (12/6/2023), seperti dikutip dari kanal YouTube Kompas TV.
Menurut Megawati, BRIN masih bisa mengejar pengembangan riset nuklir dengan memanfaatkan reaktor TRIGA 2000 supaya bisa memanfaatkan energi itu seperti negara lain.
Baca juga: Tandatangani Nota Kesepahaman BRIN dan TVRI, Megawati Tak Ingin Hasil Riset Berakhir di Laci
“Jadi sebenarnya kalau kita bisa men-develop-nya kembali menurut saya tidak telat. Kita bisa menyusul mereka-mereka yang telah mempunyainya,” ujar Megawati.
Jika ditarik mundur, Presiden pertama RI yang juga ayah Megawati, Soekarno, memang menginginkan supaya bangsa Indonesia menguasai teknologi pemanfaatan tenaga nuklir.
Hal itu dimulai ketika Amerika Serikat menguji coba bom hidrogen di gugus pulau Enewetak, Samudera Pasifik, pada 1952.
Presiden Soekarno lantas khawatir dengan dampak dari debu radioaktif yang terbawa angin dan air akibat uji coba bom hidrogen itu di wilayah timur Indonesia.
Pada 1954, Soekarno membentuk Panitia negara untuk Penyelidikan Radioaktif dan Tenaga Atom (PPRTA) yang diketuai oleh Dr. Gerrit Augustinus Siwabessy. Tugas mereka adalah meneliti dampak radioaktif dari uji coba bom hidrogen itu.
Baca juga: Megawati Dorong BRIN Buat Penelitian yang Bisa Dimanfaatkan Rakyat
PPRTA kemudian melaporkan tidak ada dampak radioaktif berbahaya di wilayah timur Indonesia. Mereka juga ditugaskan untuk melakukan penelitian awal terkait pemanfaatan nuklir.
Empat tahun kemudian, Soekarno membentuk Lembaga Tenaga Atom (LTA).
Soekarno meresmikan 2 reaktor nuklir pada masa pemerintahannya. Pertama adalah proyek reaktor nuklir TRIGA-Mark II di Bandung, Jawa Barat, pada 9 April 1961.
Reaktor itu merupakan buatan General Atomic, Amerika Serikat. Negeri Abang Sam juga yang memberikan bantuan dana pembangunan dan penelitian proyek itu sebesar 350.000 dan 141.000 dollar AS.
Reaktor kedua adalah Pusat Penelitian Nuklir dengan menggunakan reaktor IRI-2000 buatan Uni Soviet yang dibangun di Serpong, Tangerang Selatan, dan diresmikan pada 16 Januari 1965.
Baca juga: BRIN Diminta Lanjutkan Riset Nuklir, Megawati: Kita Bisa Menyusul