Golkar pun semestinya tidak bisa dianggap sembarangan karena memiliki modal 85 kursi DPR yang membuatnya hanya perlu tambahan 30 kursi untuk mengusung calon presiden.
Situasi serupa sesungguhnya sudah pernah dialami oleh Partai Golkar sekitar 10 tahun lalu. Saat itu, Golkar yang menjadi runner-up pemilihan legislatif gagal mengantarkan ketua umumnya, Aburizal Bakrie, berlaga di pemilihan presiden.
Padahal, Aburizal sudah ditetapkan sebagai calon presiden dari Partai Golkar sejak 2 tahun sebelumnya, wajah Aburizal pun sudah berseliweran di berbagai media untuk mendongkrak popularitasnya.
Baca juga: Elite PKB Sebut Koalisi Besar Hanya Wacana dan Tak Ada Opsi Airlangga Cawapres Prabowo
Namun, Golkar gagal mendapatkan mitra koalisi untuk mengusung Ical, sapaan akrab Aburizal, untuk menjadi calon presiden.
Saat itu, nama calon presiden sudah mengerucut ke dua sosok yakni Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dari poros PDI-P dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Ical pun sudah bertemu dengan Megawati dan Prabowo selaku pemimpin masing-masing poros. Ical juga berusaha membentuk poros ketiga dengan menemui Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Namun, pertemuan-pertemuan itu tidak membuahkan hasil. Golkar lantas tidak memaksakan Ical menjadi calon presiden, Ical hanya diberi kewenangan untuk menentukan arah koalisi Golkar.
Baca juga: Kagetnya Golkar, Airlangga Hanya Ditawari PKB Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Muhaimin
Ical kembali bertemu SBY, Megawati, lalu Prabowo, tetapi arah koalisi Golkar juga belum jelas.
Di detik-detik akhir, Golkar akhirnya memutuskan mendukung Prabowo yang berduet dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Sejumlah elite Golkar tiba-tiba datang dalam acara deklarasi Prabowo-Hatta dan menyatakan dukungan kepada pasangan itu.
"Selaku mandataris rapimnas, ARB telah memberikan pernyataan agar seluruh keluarga besar Partai Golkar memberi dukungan sepenuhnya kepada Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa," kata Sekjen Partai Golkar Idrus Marham dalam orasi dukungannya.
Begitulah dinamika yang dialami Partai Golkar 10 tahun lalu. Bekal kursi yang dimiliki nyatanya tidak menjamin partai tersebut mendapatkan posisi calon presiden dan wakil presiden.
Akankah situasi itu terulang kembali?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.