Ini problem serius yang dihadapi oleh kebanyakan partai politik, alih-alih menjalankan fungsi mediasi dan moderasi kepentingan konstituen, pendidikan politik dan rekruitmen elite kebanyakan partai lebih sibuk bertikai satu sama lain.
Lebih buruk lagi karena bertikai di antara mereka sendiri sesama anggota partai. Terutama ketika harus membuat kebijakan penting partai.
Peristiwa di sekitar suksesi kepemimpinan partai politik menjadi ilustrasi yang baik untuk menggambarkan kuatnya kecenderungan partai sebagai ajang pertarungan kepentingan pemimpinnya.
Dengan kata lain, kebanyakan partai politik mengalami proses personalisasi melalui pemimpinnya.
Pascakeputusan dramatis PDIP mendorong Ganjar Pranowo sebagai capres, melengkapi daftar capres lain dari koalisi berbeda, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto, politik Indonesia mengalami situasi layaknya perang bintang yang penuh kejutan.
Pilihan strategi Roadmap 2024 yang menjadi fokus Partai Golkar di bawah komando Ketua Umum Airlangga Hartarto, dengan memanfaatkan kekuatan konsolidasi partai seolah menjadi kurang greget meski dipersiapkan sejak 2021, dengan perubahan konstelasi politik baru tersebut.
Apakah strategi Golkar berikutnya masih difokuskan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas Airlangga Hartarto?
Atau sudah muncul penawaran lain semacam agenda Koalisi Besar karena selama ini Golkar tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Meskipun tawar menawar posisinya akan semakin rumit.
PAN berharap KIB tidak bubar meski PPP berkoalisi dengan PDIP. Artinya bukan tidak mungkin PAN dan Golkar menyusl PPP ikut mendukung Ganjar.
Jika nantinya terjadi pembicaraan soal siapa cawapres tentu dengan prinsip adanya nilai tambah untuk meningkatkan nilai elektoral, maka Golkar juga harus bermatematika politik. Setidaknya masih ada waktu berpikir hingga September 2023, saat pendaftaran dimulai.
Sementara di kubu Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan, ada partai Nasional Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.
Di luar itu diketahui, Airlanga juga menemui AHY dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Golkar begitu masif bergerak mencari peluang, tentu saja karena harapannya mendorong Airlangga sebagai capres. Padahal posisi tawarnya kuat, mengapa harus memainkan politik zig-zag tersebut?
Dalam isu lain, Golkar juga membuka peluang untuk memasang Anies dan Airlangga. Dan wacana itu pernah disampaikan Golkar kepada Ketua Umum Nasdem Surya Paloh.
Ada beberapa figur yang dicalonkan akan mendampingi Anies. Termasuk Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimuti Yudhoyono (AHY) dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang merupakan Wakil Ketua Mejelis Syuro PKS.