Termasuk tokoh NU seperti Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Golkar bahkan juga terlibat aktif dalam gagasan membangun Koalisi Besar bersama Gerindra dan PKB yang mendeklarasikan Koalisi Indonesia Raya.
Namun jika tetap memaksakan Airlangga, seperti PDIP dulu mendorong Puan Maharani, barangkali akan lebih sulit menemukan pasangan yang pas untuk koalisi barunya.
Apakah Airlangga akan mengulang blunder saat bersama Aburizal Bakrie atau memainkan "The Golkar Way" versi baru?
Bukan tidak mungkin jika Golkar pada akhirnya harus mengalah. Sebagaimana situasi terakhir PDIP berubah sikap 180 derajat dari semula.
Bagaimanapun dalam kesepakatan yang baru, PDIP dan PPP sudah mengusung Ganjar Pranowo. Peluang Golkar untuk mendorong koalisi baru masih ada, jika penjajakan dengan Demokrat dipertimbangkan.
Apakah cukup memainkan basis partai? Karena baik Airlangga maupun AHY elektabilitasnya masih di bawah Ganjar, Anies, dan Prabowo.
Di sisi lain masih ada Prabowo Subianto dan Anies Baswedan dengan masing-masing partai pendukungnya. Apalagi jika kemungkinan Prabowo justru masuk ke barisan kuat PDIP dan PPP dalam formasi Ganjar-Prabowo.
Hingga saat ini, setidaknya ada empat partai, yaitu Golkar, Gerindra, PKB, dan PAN belum menentukan sikapnya bergabung secara resmi dalam koalisi-koalisi yang ada.
Namun, menurut kabar terbaru dalam rencana pembentukan Koalisi Besar, PAN menyatakan keinginannya untuk hadir dalam undangan silaturahmi Lebaran di Istana Negara.
Jika itu terjadi, baik Anies, Airlangga, AHY mungkin bisa mempertimbangan untuk saling merapat sebelum September mendatang, namun harus ada yang mengalah.
Apakah kali ini Golkar masih yakin dengan kekuatan "The Golkar Way"-nya, dalam “Perang Bintang” yang makin keras?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.