Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengakui tidak mudah membebaskan pilot Philips. Sebab, kata dia, KKB berbaur dengan masyarakat.
“Tidak mudah mengambil kelompok ini karena mereka berbaur dengan masyarakat. Kita akan mengutamakan cara persuasif, kita tidak mau masyarakat yang tidak tahu apa-apa menjadi korban,” ujar Yudo dalam siaran pers Pusat Penerangan TNI, Selasa (28/2/2023).
Baca juga: Penyelamatan Pilot Susi Air, Jubir OPM: Kami Siap Hadapi TNI-Polri bila Negosiasi Gagal
Yudo menambahkan, tidak ada penambahkan pasukan yang dikerahkan dalam operasi pembebasan pilot Philips. Pasukan bersifat organik atau yang sudah tergelar di sana.
“Tidak ada bantuan dari mana-mana. Di lapangan hanya TNI dan Polri, sekarang bagaimana caranya membebaskan sandera dengan selamat,” kata Yudo.
Yudo juga mengatakan, belum ada target kapan operasi pembebasan dengan mengedepankan upaya persuasif itu dirampungkan.
“Kita enggak ada target. Itu tadi, mereka (KKB) berlindung selalu dengan masyarakat, malah dengan anak-anak. Ya kita usahakan ya sedapat mungkin kita laksanakan secara persuasif. Kita tidak mau masyarakat menjadi korban karena itu,” kata Yudo di Mako Paspampres, Jakarta, Senin (27/2/2023).
Baca juga: Kapolda Papua Sebut Egianus Kogoya Minta Uang dan Senjata sebagai Syarat Pembebasan Pilot Susi Air
Selain TNI-Polri, upaya persuasif juga turut dilakukan Bupati Nduga dan sejumlah tokoh masyarakat.
“Negosiasi dilaksanakan oleh Pak Bupati dan tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat. Kami fasilitasi usaha-usaha mereka,” ujar Yudo.
Aparat gabungan TNI-Polri bersama tim Damai Cartenz sebenarnya sudah mengepung markas KKB pimpinan Egianus Kogoya untuk menyelamatkan Philips.
Aparat telah mengetahui titik koordinatnya. Namun, ketika aparat ingin bergerak, pemerintah Selandia Baru meminta agar tidak ada kekerasan dalam operasi pembebasan itu.
"Saya katakanlah, loh kita sudah tahu itu tempatnya, di koordinat berapa sudah kita kepung. Tetapi begitu kita bergerak kan pemerintah Selandia Baru datang ke sini dan memohon tidak ada tindakan kekerasan karena itu warga kami (Selandia Baru) agar masalah ini tidak menjadi (masalah) internasional,” ujar Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (21/2/2023).
Baca juga: Mahfud: KKB Pimpinan Egianus Kogoya Selalu Nantang Tentara, tapi Sesudah Dicari, Lari..
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyatakan, aparat TNI dan Polri sesungguhnya sangat mampu untuk membebaskan dengan cepat pilot tersebut.
Namun, Ma'ruf menekankan, aspek keselamatan harus diutamakan agar pembebasan sandera tidak justru menyebabkan sandera tersebut terluka.
"Sebenarnya pasukan kita mampu dengan cepat sekali untuk membebaskan itu, mampu kita memiliki kekuatan untuk membebaskan itu, tetapi kita juga tentu memperhitungkan jangan sampai sandera itu cedera," kata Ma'ruf dalam keterangan pers di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Ma'ruf menyebutkan, status Methrtens yang merupakan warga Selandia Baru juga menjadi pertimbangan pemerintah untuk berhati-hati dalam membebaskannya.
Baca juga: Aparat TNI-Polri Evakuasi 18 Warga Alama Nduga, Antisipasi Intimidasi KKB