Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zackir L Makmur
Wartawan

Gemar menulis, beberapa bukunya telah terbit. Suka catur dan humor, tertawanya nyaring

Sentuhan Cinta untuk Politik

Kompas.com - 15/02/2023, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penggambaran yang mengerikan terhadap hal itu, diungkapkan oleh Sir Bernard Rowland Crick (1929 –2008) bahwa "Metode pemerintahan tiran dan oligarki cukup sederhana untuk memaki, memaksa, atau mengalahkan semua atau sebagian besar kelompok lain demi kepentingan mereka sendiri."

Penggambaran dari ahli teori politik Inggris –yang terkenal kredonya "politik adalah etika yang dilakukan di depan umum"– ini patut kita renungkan bersama.

Maka berdasarkan teori, persaingan politik yang ujung-ujungnya memperkuat oligarki, menyebabkan demokrasi tidak sehat dan sekaligus menurutkan kualitas personalitas pelaku politik.

Dan semakin banyaknya politik yang tidak berkualitas, negara bakal mudah memproduksi kekerasan politik secara konstitusional. Lalu negara dalam bahaya, karena kehidupan politiknya sudah tidak lagi rasional.

Pada sudut pandang yang irasional itu, persaingan politik antarparpol maupun antarpersonal, menjadikan persaingan yang kehilangan visi bernegara.

Oleh karena itu kekerasan, dalam segala bentuknya, terangan-terangan atau tersembunyi terus menerus terjadi. Perikehidupan negara yang demikian, tidak ada kedamaian, tidak ada cinta.

Mencegah fanatisme over dosis

Sentuhan cinta penuh kasih sayang dalam dunia politik, membuat para pelaku politik mempunyai sudut pandang positif yang kukuh terhadap “rival” politiknya.

Maka kritik yang terlontar satu sama lain, bukanlah lemparan bara api. Melainkan, benih motivasi untuk perbaikan untuk lebih bagus lagi.

Dari sinilah kemudian adanya perbedaan menjadi sesuatu yang natural. Tak perlu dihindari, tapi jangan dihadapi dengan semangat permusuhan.

Sentuhan cinta dalam politik ini membuat perbedaan politik itu pula dihadapi dengan cara-cara elegan. Cara-cara elegan ini pula yang memperhatikan etika berpolitik.

Bagaimanapun partai politik (parpol), maupun pelaku politik, harus mempunyai etika politik. Karena punya etika inilah dalam politik dua tambah dua tidak lagi hasilnya “mungkin” lima atau “mungkin” tiga.

Etika politik yang selalu bersentuhan dengan cinta kasih sayang pula, menjadi turbin energi untuk bersinergi tanpa adanya menjatuhkan pesaing.

Etika politik yang bersentuhan cinta ini oleh karenanya bisa mengurangi sikap fantasime jadi berdosis normal. Berdosis normal ini dalam bahasa filsuf Ralph Waldo Emerson (1803-1882), adalah "Tidak ada kinerja yang kuat tanpa sedikit fanatisme dalam diri pemain."

Ingat, sedikit fanatis. Karena fanatisme yang over dosis menjadi ancaman bagi suatu keutuhan negara.

Dalam bahasa psikoterapis Albert Ellis (1913-2007), begini: “"Fanatisme yang berlebihan dengan jelas telah menghasilkan, dan kemungkinan besar akan terus menghasilkan, pertengkaran, perkelahian, kekerasan, pertumpahan darah, pembunuhan, permusuhan, perang, dan genosida dalam jumlah besar."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com