Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kamu Tanya? Kenapa Bertanya-tanya soal Koalisi yang Tidak Jelas?

Kompas.com - 24/11/2022, 10:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hoja pun diminta memilih apakah akan memilih kekayaan atau kebijaksanaan jika hanya ada dua pilihan.

Hoja dengan cepat menjawab akan pilih kekayaan. Tentu saja pilihan “matre” dari Hoja gantian dicibir sang anggota Dewan. Hoja dibilangnya bukan orang bijak karena lebih memilih kekayaan.

Sebaliknya Hoja juga iseng interupsi kepada anggota parlemen, dengan bertanya apakah yang akan dipilih anggota Dewan jika disuruh memilih antara kekayaan dan kebijaksanaan.

Dengan tenang dan berwibawa, sang anggota parlemen bertitah bahwa dirinya akan memilih kebijaksanaan.

Nasruddin Hoja sontak terpingkal-pingkal mendengar jawaban tegas dari anggota parlemen itu. Menurut Hoja, orang itu tentu akan memilih sesuatu yang belum dimilikinya di saat dirinya diminta untuk memilih satu di antara dua pilihan.

Nasruddin Hoja atau Nasiruddin Mahmud al-Hoyi yang hidup di masa Kesultanan Dinasti Seljuk Rum di Turki sekarang sekitar abab ke-13, memang dikenal sebagai pemimpin organisasi ahli atau Ahi Evran.

Hoja yang dimakamkan di Aksehir, Konya, Turki tentu memilih kekayaan karena dirinya sudah melekat dengan kebijaksanaan.

Sementara anggota Dewan akan memilih kebijksanaan karena soal kekayaan memang sudah didapat berlimpah ketika menjadi anggota Dewan.

Kamu bertanya-tanya soal koalisi?

Kembali kepada nasib koalisi, seperti adagium asal lambat yang penting rukun hingga pengumuman resmi pencapresan sepertinya ada benarnya.

Koalisi prematur yang dibentuk hanya memanfaatkan momentum kelarnya masa jabatan seorang kepala daerah sembari berharap menangguk efek “coat tail” atau efek ekor jas dan tuah elektabilitas belaka ternyata rentan dengan “goncangan” di dalam tubuh internal koalisi.

Saya kembali teringat dengan “Megawati Soekarnoputeri Ways” yang begitu sabar dan memilih “jalan sunyi” dalam menetapkan calon presiden yang akan diusung partainya.

Dia menguji kesabaran progresif kader-kadernya, dia menempa ketabahan anak didiknya untuk tetap setia memilih jalan kerakyatan.

Dia memilih calon lain yang bukan kerabatnya untuk maju menjadi capres dan tidak memaksakan apalagi “mengkarbit” anak biologisnya untuk dipuja-puja maju di pentas politik nasional.

Dia tahun kapan akan menaikkan dan paham kapan akan menariknya untuk belajar kehidupan lagi di samudera luas pengabdian untuk rakyat.

Sementara ada “pemilik” partai yang berbusa-busa memuji capresnya setinggi langit, tetapi dengan mudah melupakan omongannya terdahulu yang mendorong maju pemimpin rakyat yang mengedepankan kebhinekaan yang tunggal ika tanpa derajat segregasi, rakyat kembali bertanya-tanya.

Saatnya rakyat mulai bertanya-tanya, kenapa yang bapaknya pernah menjadi presiden harus pula memaksakan anaknya ditakdirkan menjadi presiden dan sekarang pun mau menjadi bakal cawapres?

Jika kamu tanya, maka kita pun bertanya-tanya mau dibawa kemana koalisi ini sejatinya?

“Ingat, Anda tidak dapat menaiki tangga kesuksesan dengan ke dua tangan di saku Anda.” – Arnold Schwarzenegger

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Kaum Intelektual Dinilai Tak Punya Keberanian, Justru Jadi Penyokong Kekuasaan Tirani

Nasional
[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

[POPULER NASIONAL] Para Sesepuh Kopassus Bertemu | Prabowo Ingin Libatkan Megawati Susun Kabinet

Nasional
Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

Nasional
Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

Nasional
Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

Nasional
Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com