Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Terorisme: Kelas Dua ke Kelas Satu (Bagian 3)

Kompas.com - 28/10/2022, 14:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENGAPA ia tega mengajak serta dua anak perempuannya yang masih kecil -Fadhila Sari (12) dan Famela Rizqita (8)- untuk menjadi pengebom bunuh diri?

Itu pertanyaan wajar banyak orang setelah mengetahui pengebom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Jl Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu, 13 April 2018, adalah seorang ibu: Puji Kuswati.

Orang waras, sangat sulit memahami apalagi menerima tindakan Puji Kuswati, baik itu tindakan bersama kedua anaknya maupun bila dilakukan sendiri. Perempuan menjadi pengebom bunuh diri. Perempuan menjadi teroris. Mengapa mereka memilih jalan itu?

Baca juga: Perempuan Berpistol Itu - (Terorisme 1)

Bukankah sepanjang sejarah, perempuan dianggap sebagai makhluk yang lembut. Banyak orang bahkan mengatakan, perempuan "setengah lebih baik" dibanding laki-laki.

Yang lain mengatakan, perannya menjadi istri dan ibu (dalam budaya Jawa lebih jelas lagi, menempatkan perempuan sebagai kanca wingking, orang belakang dalam rumah tangga.

Meskipun, sekarang tidak lagi demikian: laki-laki dan perempuan setara dalam segala hal). Itu dipandang sebagai kodrat dan tujuan universal perempuan.

Memang, kata Olivia M Bizovi (2014) dalam tesisnya Deviant Women: Female Involvement in Terrorist Organization, masyarakat sulit memahami apa yang memotivasi perempuan melakukan kekerasan. Apalagi jika tindakan tersebut dilakukan di depan umum dan berdampak pada banyak orang; seperti menjadi pengebom bunuh diri.

Berbagai faktor

Keterlibatan perempuan dalam terorisme tidak mudah dipahami oleh masyarakat. Selain itu, lebih sulit untuk memahami dorongan di balik keterlibatan perempuan dalam terorisme selain memahami premis organisasi tempat perempuan itu bergabung. Misalnya, ikut Al-Qaeda, ISIS, JI, JAD, MIT, dan NII, tentu beda-beda.

Meskipun keterlibatan perempuan dalam terorisme bukanlah fenomena baru. Menurut catatan, keterlibatan mereka dalam gerakan teroris bahkan sudah sejak akhir abad 18.

Dari "hanya" sekadar pendukung (termasuk menyiapkan teroris-teroris baru, mulai dari melahirkan hingga membesarkan), dalam perkembangan waktu, peran perempuan meningkat bahkan menjadi pengebom bunuh diri.

Baca juga: Perempuan, Senjata Siluman - (Terorisme 2)

Kata Anna Wojtowicz dalam The Emergence of Female Terrorism, (2013), kecenderungan itu dipengaruhi faktor ekonomi regional, sosial, agama, dan personal. Selain itu, juga disebabkan oleh kekerasan dan penindasan dari organisasi teroris, yang memahami efektivitas pengebom bunuh diri perempuan.

Seorang perempuan diduga membawa senjata api ditangkap Polisi Lalu Lintas dan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Presiden) karena mencoba menerobos masuk ke area Istana Negara, Selasa (25/10/2022).(ISTIMEWA) Seorang perempuan diduga membawa senjata api ditangkap Polisi Lalu Lintas dan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Presiden) karena mencoba menerobos masuk ke area Istana Negara, Selasa (25/10/2022).
Kepentingan strategis itu telah mendorong makin banyak rekrutmen perempuan untuk dijadikan teroris.

Tetapi, Mia M. Bloom, profesor komunikasi dari Georgia State University dalam "The Changing Nature of Women In Extremism and Political Violence" (Freedom from Fear Magazine, Issue 11) melihat lain. Kata Mia M Bloom partisipasi perempuan dalam terorisme dapat dianggap sebagai kemajuan alami dari keterlibatan mereka dalam perjuangan radikal dan revolusioner di masa lalu.

Secara historis, kontribusi utama perempuan terhadap gerakan politik adalah melahirkan generasi pejuang masa depan dan membesarkan mereka menjadi pejuang yang teguh dan sempurna secara ideologis. Pada periode modern, perempuan yang terlibat cenderung lebih berperan periferal dengan memberikan dukungan kepada kelompok teroris.

Maka ketika pada akhirnya perempuan bahkan menjadi teroris, kata Leonard Weinberg dan William Eubank dalam Women's Involvement in Terrorism (2011), hal itu bertentangan dengan peran gender perempuan yang mapan dalam terorisme, yang mendefinisikan mereka sebagai korban dan individu yang dipermalukan karena alasan politik dan agama.

Pendapat itu sama dengan pandangan banyak kelompok ekstremis yang mempromosikan ideologi yang menglasifikasikan perempuan sebagai warga negara kelas dua.

Mereka menawarkan keuntungan strategis dan finansial melalui penaklukan perempuan. Meskipun, pada akhirnya mereka mengkhianati prinsipnya itu dengan juga menggunakan perempuan sebagai pengebom bunuh diri.

Kelompok itu antara lain Boko Haram, ISIS, Al-Qaeda, dan Al-Shabab. Mereka ini menggunakan kekerasan seksual untuk meneror penduduk agar patuh, menggusur warga sipil dari daerah strategis, menegakkan kesatuan unit di antara para pejuang, dan bahkan memperdagangkan manusia.

Baca juga: Densus 88 Tetapkan Guru Siti Elina Jadi Tersangka Kasus Terorisme

Boko Haram, misalnya menurut Al Chukwuma Okoli dalam Gender and Teror: Boko Haram and the Abuse of Women in Nigeria (2022), menggunakan perempuan untuk kepentingan strateginya.

Boko Haram menculik perempuan- perempuan, memerkosanya, menikahi secara paksa, menjadikannya sebagai budak seks, menjadikan tameng manusia dalam perang, dan....menjadikan perempuan sebagai pengebom bunuh diri.

Cara ini juga dilakukan Al-Qaeda di Irak (karena perempuan mudah menerobos penjagaan aparat keamanan, masuk ke tempat kerumunan orang seperti di pasar) dan LTTE (Liberation Tigers of Tamil Eelam) di Sri Lanka. Mereka ini menggunakan perempuan untuk tujuan strategisnya.

Misalnya, pada tahun 1991, LTTE menugaskan Thenmuli Rajaratnam yang nama sandinya Danu alias Gayatri untuk membunuh mantan PM India Rajiv Gandhi. Ketika Rajiv Gandhi sedang kampanye pemilu di Tamil Nadu, Danu bertugas mengalungkan rangkain bunga pada Rajiv Gandhi.

Ketika Rajiv Gandhi menundukkan kepalanya untuk menerima kalungan bunga, Danu meledakkan bahan peledak seberat 700 gram yang diselipkan di pinggangnya. Ledakan itu menewaskan Danu, Rajiv Gandhi, dan delapan orang lainnya termasuk fotografer yang mengabadikan peristiwa itu (Bersambung....)

Artikel sebelumnya: 

Baca juga: Perempuan Berpistol Itu - (Terorisme 1)

Baca juga: Perempuan, Senjata Siluman - (Terorisme 2)

(Bersambung...)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Setelah PDI-P, PAN Akui Bakal Bertemu DPP Gerindra Senin Besok

Setelah PDI-P, PAN Akui Bakal Bertemu DPP Gerindra Senin Besok

Nasional
Ditanya soal Formula E yang Digelar Besok, Anies: Baiknya Bagaimana?

Ditanya soal Formula E yang Digelar Besok, Anies: Baiknya Bagaimana?

Nasional
Polisi Usut Perkosaan ABG 16 Tahun di Sulteng Diminta Utamakan Empati

Polisi Usut Perkosaan ABG 16 Tahun di Sulteng Diminta Utamakan Empati

Nasional
Ayah ABG 16 Tahun yang Diperkosa 11 Pria di Sulteng Ajukan Perlindungan ke LPSK

Ayah ABG 16 Tahun yang Diperkosa 11 Pria di Sulteng Ajukan Perlindungan ke LPSK

Nasional
Polisi Tangani Kasus ABG Diperkosa di Sulteng Diminta Tak Salahkan Korban

Polisi Tangani Kasus ABG Diperkosa di Sulteng Diminta Tak Salahkan Korban

Nasional
Tolak Ekspor Pasir Laut, Partai Buruh Singgung Kerugian Negara, Buruh dan Lingkungan

Tolak Ekspor Pasir Laut, Partai Buruh Singgung Kerugian Negara, Buruh dan Lingkungan

Nasional
Para Terduga Pelaku Pemerkosaan Gadis di Parigi Moutong Patut Dijerat Pasal Sangkaan Maksimal

Para Terduga Pelaku Pemerkosaan Gadis di Parigi Moutong Patut Dijerat Pasal Sangkaan Maksimal

Nasional
Bareskrim Bongkar Pabrik Ekstasi Jaringan Internasional di Perumahan Elit di Tangerang

Bareskrim Bongkar Pabrik Ekstasi Jaringan Internasional di Perumahan Elit di Tangerang

Nasional
Usai Bertemu Zulkifli Hasan, Megawati Persilakan PAN Lakukan Diskusi Internal

Usai Bertemu Zulkifli Hasan, Megawati Persilakan PAN Lakukan Diskusi Internal

Nasional
Usai Bertemu Megawati, PAN Mengaku Belum Mantap Usung Ganjar di Pilpres 2024

Usai Bertemu Megawati, PAN Mengaku Belum Mantap Usung Ganjar di Pilpres 2024

Nasional
Kapolri Atensi Kasus ABG 16 Tahun Diperkosa 11 Pria di Sulteng yang Disebut Polisi 'Persetubuhan'

Kapolri Atensi Kasus ABG 16 Tahun Diperkosa 11 Pria di Sulteng yang Disebut Polisi "Persetubuhan"

Nasional
Cawapres Anies Mengerucut Satu Nama, Nasdem Klaim Ketum Parpol Koalisi Perubahan Tak Resisten

Cawapres Anies Mengerucut Satu Nama, Nasdem Klaim Ketum Parpol Koalisi Perubahan Tak Resisten

Nasional
Eks Hakim Sebut Denny Indrayana Bisa Kena “Blacklist” MK Imbas Pernyataan soal Putusan Pemilu Tertutup

Eks Hakim Sebut Denny Indrayana Bisa Kena “Blacklist” MK Imbas Pernyataan soal Putusan Pemilu Tertutup

Nasional
Deklarasi Cawapres Anies Bakal Dilakukan Paling Lambat 16 Juli 2023

Deklarasi Cawapres Anies Bakal Dilakukan Paling Lambat 16 Juli 2023

Nasional
PAN Belum Resmi Jajaki Kerja Sama Politik dengan PDI-P, Berharap Ada Pertemuan Lanjutan

PAN Belum Resmi Jajaki Kerja Sama Politik dengan PDI-P, Berharap Ada Pertemuan Lanjutan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com