Selain itu, IMF juga mengingatkan, konflik Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 yang tidak dapat diprediksi kapan berakhir telah berkontribusi negatif terhadap outlook ekonomi global.
IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global turun dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022, dan 2,7 persen pada 2023.
Pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi yang terendah sejak 2001 kecuali saat krisis keuangan global dan puncak pandemi Covid-19.
Sementara itu, terkait dengan inflasi global, IMF memprediksi akan naik dari 4,7 persen pada 2021 menjadi 8,8 persen pada 2022. Namun, pada 2023, inflasi global diperkirakan turun di angka 6,5 persen.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung soal gelapnya kondisi ekonomi pada 2023.
Hal itu disampaikannya saat memberi sambutan pada acara pengarahan Presiden RI kepada seluruh Menteri/Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda dan Kajati di Jakarta Convention Center, pada 29 September lalu.
Menurut Jokowi, hingga saat ini masih belum bisa dikalkulasikan kekuatan resesi global dan pengaruhnya terhadap situasi ekonomi.
"Krisis finansial baru saja sebuah negara mengajukan APBN di Inggris, kemudian pasar melihat langsung yang namanya nilai tukar di semua negara goncang dan melemah terdepresiasi termasuk kita, hati-hati ketidakpastian ini, mengenai ketidakpastian ini," ujar Jokowi.
"Tiap hari kita selalu diingatkan dan kalau kita baca baik di media sosial di media cetak, di media online semuanya mengenai resesi global, tahun ini sulit dan tahun depan sekali lagi saya sampaikan akan gelap. Dan kita tidak tahu badai besarnya seperti apa sekuat apa tidak bisa dikalkulasi," lanjutnya.
Baca juga: Wamen BUMN: Ekonomi Digital Indonesia Bisa Capai 320 Miliar Dollar AS pada 2030
Terlebih lagi, kata Jokowi, kondisi perang antara Ukraina dengan Rusia yang tak kunjung usai ikut mempengaruhi resesi dunia.
Kepala Negara mengungkapkan, baru-baru ini ada empat wilayah di Ukraina yang menggelar referendum.
"Di Donetsk, Zaporizhzhia, Kherson, Luhansk makin merumitkan lagi kapan akan selesai dan imbasnya ke ekonomi seperti apa makin rumit," kata dia.
Sejalan dengan itu, Jokowi mengingatkan kembali soal inflasi yang saat ini ditakutkan banyak negara.
Pasalnya, nilai inflasi di sejumlah negara melonjak sangat tinggi.
"Inflasi semua negara biasanya hanya 1 sekarang 8, lebih dari 10, dan bahkan ada lebih dari 80 persen, ada 5 negara. Oleh sebab itu, kita harus kompak, harus bersatu dari pusat provinsi kabupaten kota sampai ke bawah. Dan semua kementerian lembaga seperti saat kita kemarin menangani Covid-19, kalau Covid-19 bisa bersama-sama urusan inflasi ini kita harus bersama-sama," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.