Malang melintang sebagai kapolres, Budhi pernah memimpin penanganan sejumlah kasus. Terbaru, dia menggawangi kasus promosi minuman keras bernada penistaan agama oleh Holywings Indonesia pada Juni lalu.
Baca juga: Sosok Brigjen Hendra Kurniawan, Anak Buah Ferdy Sambo yang Kini Disorot karena Gaya Hidupnya
Di awal mencuatnya kasus ini, Budhi sempat menyampaikan narasi soal baku tembak yang menyebabkan tewasnya Brigadir Yosua.
Budhi saat itu menjelaskan, Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan Richard Eliezer atau Bharada E di rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 17.00 WIB.
Menurut dia, aksi tembak menembak itu dipicu oleh Brigadir J yang diduga melecehkan istri Sambo, Putri Candrawathi.
"Karena lelah mungkin pulang dari luar kota, ibu sempat tertidur. Pada saat itu, tidak diketahui oleh orang lain, Brigadir J masuk dan kemudian melakukan pelecehan terhadap ibu," ujar Budhi.
Baca juga: Diduga Hasil Editing, Ini 5 Kejanggalan CCTV di Rumah Ferdy Sambo Versi Ahli Forensik Digital
Budhi juga mengatakan, tindakan asusila Brigadir J itu membuat Putri Candrawathi terbangun dari tidur dan berteriak minta tolong.
Bahkan, katanya, Brigadir J sempat menodongkan senjata api ke kepala Putri.
"Pada saat ibu (istri Kadiv Propam) tertidur, lalu terbangun dan kaget, kemudian menegur Saudara J. Saudara J membalas, 'diam kamu!' sambil mengeluarkan senjata yang ada di pinggang," kata Budhi.
Menurut Budhi, teriakan Putri membuat Bharada E yang juga berada di rumah itu datang menghampiri pusat suara. Namun, Bharada E justru disambut tembakan Brigadir J.
Dari situ lah, disebut terjadi baku tembak Brigadir J dengan Bharada E yang akhirnya menewaskan Yosua.
Budhi mengatakan, Bharada E melepaskan 5 tembakan ke arah Brigadir J dan tepat sasaran.
"Tembakan (Brigadir J) tidak mengenai saudara E, hanya mengenai tembok," ucapnya.
Baca juga: Cerita Mahfud soal Pengakuan Awal Ferdy Sambo ke Kompolnas...
Budhi juga sempat mengungkapkan jenis senjata yang digunakan oleh Brigadir J berupa pistol jenis HS dengan magasin berisi 16 peluru.
Sementara, Bharada E menggunakan senjata api Glock dengan magasin berisi 17 peluru.
Tak hanya itu, Budhi sempat menyebut bahwa seluruh kamera CCTV di rumah dinas Sambo mati karena dekodernya rusak. CCTV itu disebut mati sejak 2 minggu sebelum insiden baku tembak.