Komnas HAM juga mendapatkan bukti komunikasi yang terjadi sebelum Brigadir J dibunuh.
Bukti tersebut termasuk perintah Ferdy Sambo Cs untuk menghilangkan bukti pembunuhan agar skenario kematian Brigadir J dengan alasan tembak-menembak berjalan mulus.
"Kami mendapatkan salah satu (bukti komunikasi) yang paling penting perintah (Ferdy Sambo) untuk terkait barang bukti, supaya dihilangkan jejaknya," kata Anam.
Selain itu, Komnas HAM menemukan perbedaan model handphone (HP) Brigadir J yang diterima dari pihak kepolisian dan keterangan yang dikumpulkan Komnas HAM.
Anam mengatakan, model HP Brigadir J dari temuan Komnas HAM ada dua, yaitu merek Samsung dan HP bermerek asal China.
Sementara itu, berdasarkan informasi kepolisian yang diberikan kepada Komnas HAM, ponsel Brigadir J bermerek iPhone 13 Pro Max Gray.
"Ini (keterangan polisi) ditengarai HP Yosua, padahal keterangan yang kami dapatkan HP Yoshua tidak model begini, HP Yosua itu Samsung, terus HP China, ini (yang diberikan kepolisian) model HP J (iPhone 13 Pro Max) yang seolah-olah enggak bisa dibuka," kata Anam.
Baca juga: Komnas HAM Sebut HP Brigadir J Belum Ditemukan
Anam mengatakan, hingga saat ini, HP Brigadir J yang bermerek Samsung belum ditemukan.
Komnas HAM sempat menanyakan kepada keluarga apakah menerima barang-barang Brigadir J, termasuk HP Samsung yang digunakan atau tidak.
Namun, pihak keluarga juga tak mendapatkan keterangan apa pun dari pihak kepolisian terkait HP tersebut.
"HP yang penting (milik Brigadir J) ini tidak masuk dalam rombongan barang yang diberikan (kepolisian) pada pihak keluarga," kata Anam.
Anam mengakui bahwa dia bertemu dengan Irjen Ferdy Sambo saat kasus tewasnya Brigadir J mencuat.
Menurut Anam, dalam pertemuan itu, Sambo hanya menangis.
"Apa betul saya ketemu Sambo? Betul. Omongannya ya cuma nangis saja," ujar Anam.
Anam mengaku tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Sebab, saat itu dia belum mengetahui kasus pembunuhan Brigadir J.