Selanjutnya, Anam menjelaskan kenapa dia bisa bertemu dengan Ferdy Sambo saat itu.
"Kenapa saya bisa bertemu dengan Pak Sambo? Karena memang biasanya saya lah hampir banyak kasus yang saya kirim surat ke Propam maupun ke Bid Propam di polda-polda dan sebagainya itu," tutur dia.
Baca juga: Sidang Etik Irjen Ferdy Sambo Digelar Polri pada Kamis
Anam mengaku sudah melaporkan rencana pertemuan itu kepada Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
Setelah kembali dari pertemuan dengan Sambo, Anam melaporkan hasilnya.
"Ketemu cuma nangis-nangis. Saya enggak tahu apa yang terjadi. Terus balik dari Propam saya laporkan ke Pak Taufan bahwa ini ternyata Pak Sambo cuma nangis-nangis saja. Itu yang terjadi," ujar Anam.
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan, pihaknya sepakat untuk tak melanjutkan investigasi dalam kasus kematian Brigadir J.
Taufan menyebut, hal tersebut sudah menjadi kesepakatan di internal Komnas HAM.
"Saya setuju dengan yang lain-lain. Kami di internal sudah sepakat bahwa memang kita tidak akan melanjutkan investigasi lagi," ujar Taufan.
Sebab, menurut dia, apa yang dilakukan Polri sudah sesuai aturan yang berlaku.
Ia juga mengakui bahwa Komnas HAM "nakal" terhadap Polri di awal kasus ini berjalan.
Baca juga: Jawab Arteria, Komnas HAM Ungkap Wewenangnya Selidiki Kematian Brigadir J
Taufan mengatakan, jika Komnas HAM tidak "nakal", kasus ini tidak akan jelas.
"Kalau di awal (Komnas HAM) agak nakal, saya katakan nakallah begitu ya. Saya setuju Pak, saya dikatakan nakal, Pak Anam, Pak Beka. Ya tapi kalau enggak dinakalin begitu kan enggak disebut-sebut Pak," tutur dia.
"Itu penting buat kita sehingga memang kadang-kadang koordinasi juga dengan Pak Mahfud ya, memang kita bilang begitu, 'Kita nakalin saja Pak supaya jelas (kasusnya)'," kata Taufan.
Ia lantas memberi contoh bentuk kenakalan Komnas HAM, yakni soal kamera CCTV di sekitar rumah Irjen Ferdy Sambo yang disebut rusak karena tersambar petir.
"Saya teriak-teriak soal itu, Pak. Saya minta Pak Arteria dengan yang lain mungkin jejak digital saya yang di TV Pak, mungkin lebih bagus. Misalnya, soal apakah kami memang memercayai keterangan di awal itu? Tidak Pak. Berkali-kali saya katakan ini keterangan Bharada E kita harus uji lagi," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.