JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bakal mencalonkan diri pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
Rencana pencalonan itu telah dideklarasikan Prabowo dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Gerindra yang digelar 12 Agustus kemarin.
Prabowo menyatakan siap mencalonkan diri sebagai presiden karena didukung oleh para kader Gerindra.
“Dengan ini saya menyatakan bahwa dengan penuh rasa tanggung jawab saya menerima permohonan saudara untuk bersedia dicalonkan sebagai calon presiden Republik Indonesia,” kata Prabowo dalam Rapimnas Gerindra yang digelar di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/8/2022).
Baca juga: Prabowo Umumkan Maju di Pilpres 2024 sebagai Capres
Sebelum menyatakan kesediannya maju sebagai capres, Prabowo mengaku telah mempelajari dan mendengarkan sikap para kader Gerindra, mulai dari dewan pimpinan daerah (DPD) hingga organisasi sayap partai.
Menurut dia, segenap kader partai mengharapkannya bersedia memenuhi permintaan mereka untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden.
“Saya siap terus berjuang untuk bangsa negara dan rakyat Indonesia tercinta, seluruh jiwa saya persembahkan untuk Ibu Pertiwi,” ucap Prabowo.
Jika rencana ini terealisasi, Pemilu 2024 bakal menjadi kali keempat Prabowo berlaga di panggung pilpres. Sebelumnya, Menteri Pertahanan itu pernah menjadi peserta Pilpres 2009, 2014, dan 2019.
Namun, pada tiga kontestasi terdahulu, Prabowo belum berhasil menjadi pemenang. Berikut jejak Prabowo di tiga pemilu presiden.
Baca juga: Soal Pendamping Prabowo, Gerindra Persilakan PKB Usulkan Nama Cawapres
Pemilu Presiden 2009 menjadi ajang pilpres perdana bagi Prabowo.
Sebenarnya, jelang Pilpres 2004 dia maju dalam konvensi calon presiden (capres) Partai Golkar. Namun, Prabowo kalah dan konvensi dimenangkan oleh Wiranto yang berpasangan dengan Salahudin Wahid.
Hengkang dari Golkar, Prabowo membentuk partai sendiri yang ia pimpin hingga kini, Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Dengan kendaraan barunya, mulanya Prabowo hendak mencalonkan diri sebagai presiden dengan menggandeng Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) saat itu, Soetrisno Bachir, sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Namun, pasangan ini sudah layu sebelum berkembang karena tak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.
Prabowo lantas berganti haluan dengan merapat ke koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres.