Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Prabowo di Tiga Pemilu Presiden: 2009, 2014, dan 2019

Kompas.com - 15/08/2022, 06:15 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bakal mencalonkan diri pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Rencana pencalonan itu telah dideklarasikan Prabowo dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Gerindra yang digelar 12 Agustus kemarin.

Prabowo menyatakan siap mencalonkan diri sebagai presiden karena didukung oleh para kader Gerindra.

“Dengan ini saya menyatakan bahwa dengan penuh rasa tanggung jawab saya menerima permohonan saudara untuk bersedia dicalonkan sebagai calon presiden Republik Indonesia,” kata Prabowo dalam Rapimnas Gerindra yang digelar di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/8/2022).

Baca juga: Prabowo Umumkan Maju di Pilpres 2024 sebagai Capres

Sebelum menyatakan kesediannya maju sebagai capres, Prabowo mengaku telah mempelajari dan mendengarkan sikap para kader Gerindra, mulai dari dewan pimpinan daerah (DPD) hingga organisasi sayap partai.

Menurut dia, segenap kader partai mengharapkannya bersedia memenuhi permintaan mereka untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden.

“Saya siap terus berjuang untuk bangsa negara dan rakyat Indonesia tercinta, seluruh jiwa saya persembahkan untuk Ibu Pertiwi,” ucap Prabowo.

Jika rencana ini terealisasi, Pemilu 2024 bakal menjadi kali keempat Prabowo berlaga di panggung pilpres. Sebelumnya, Menteri Pertahanan itu pernah menjadi peserta Pilpres 2009, 2014, dan 2019.

Namun, pada tiga kontestasi terdahulu, Prabowo belum berhasil menjadi pemenang. Berikut jejak Prabowo di tiga pemilu presiden.

Baca juga: Soal Pendamping Prabowo, Gerindra Persilakan PKB Usulkan Nama Cawapres

2009

Pemilu Presiden 2009 menjadi ajang pilpres perdana bagi Prabowo.

Sebenarnya, jelang Pilpres 2004 dia maju dalam konvensi calon presiden (capres) Partai Golkar. Namun, Prabowo kalah dan konvensi dimenangkan oleh Wiranto yang berpasangan dengan Salahudin Wahid.

Hengkang dari Golkar, Prabowo membentuk partai sendiri yang ia pimpin hingga kini, Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Dengan kendaraan barunya, mulanya Prabowo hendak mencalonkan diri sebagai presiden dengan menggandeng Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) saat itu, Soetrisno Bachir, sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Namun, pasangan ini sudah layu sebelum berkembang karena tak mampu memenuhi persyaratan kursi dukungan.

Prabowo lantas berganti haluan dengan merapat ke koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres.

Setelah melalui perundingan yang alot, Prabowo akhirnya legawa dipasangkan sebagai calon wakil presiden Megawati.

Baca juga: Bersedia Jadi Capres untuk Ketiga Kalinya, Prabowo: Saya Siap Terus Berjuang...

Namun, pasangan ini gagal meraih kemenangan. Megawati-Prabowo harus puas dengan perolehan 32.548.105 suara atau 26,79 persen.

Pertarungan kala itu dimenangkan oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono yang mengantongi 73.874.562 suara atau 60,8 persen.

Sementara, pasangan Jusuf Kalla-Wiranto berada di urutan buntut dengan perolehan 15.081.814 suara atau 12,41 persen.

2014

Lima tahun berlalu, Prabowo kembali mencoba peruntungannya pada Pilpres 2014.

Saat itu, Gerindra sudah tumbuh jauh lebih besar dibandingkan tahun 2009. Partai berlambang kepala garuda itu berhasil memperoleh 73 kursi pada Pemilu 2014, meningkat pesat dari sebelumnya 26 kursi.

Baca juga: Isi Piagam Deklarasi Koalisi Gerindra-PKB: Penentuan Capres-Cawapres oleh Prabowo-Cak Imin

Dengan daya tawar yang lebih besar, Prabowo berhasil mewujudkan keinginannya mencalonkan diri sebagai presiden.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Gerindra masih mesra dengan PAN sehingga menggandeng Hatta Rajasa yang kala itu menjabat sebagai ketua umum partai berlambang matahari putih tersebut.

Prabowo-Hatta juga mendapat dukungan dari Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Demokrat, dan Partai Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pasangan capres dan cawapres itu hanya punya pesaing tunggal, yakni Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung oleh PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Nasdem, dan Hanura.

Namun, lagi-lagi Prabowo terpaksa menelan kekalahan. Dengan mengantongi 62.576.444 suara atau 46,85 persen, Prabowo-Hatta kalah dari Jokowi-Kalla.

Di pencalonan pertamanya sebagai presiden saat itu, Jokowi berhasil mendulang 70.997.833 suara atau 53,15 persen.

2019

Tak menyerah, Prabowo kembali maju ke gelanggang Pilpres 2019.

Pada pencalonan ketiganya, dia menggandeng Sandiaga Uno yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sandiaga juga merupakan rekan satu partai Prabowo di Gerindra yang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina partai.

Selain Gerindra, pasangan Prabowo-Sandiaga diusung oleh tiga partai lainnya yakni Demokrat, PKS, dan PAN.

Baca juga: Soal Pendamping Prabowo, Gerindra Persilakan PKB Usulkan Nama Cawapres

Saat itu, Prabowo lagi-lagi harus berhadapan dengan Jokowi. Petahana tersebut menggandeng Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin.

Pasangan Jokowi-Ma'ruf diusung oleh PDI-P, Golkar, PKB, Nasdem, PPP, dan Hanura.

Pilpres 2019 pun menjadi momen ketiga Prabowo menelan kekalahan di pilpres. Untuk kedua kalinya, Prabowo gagal mengungguli Jokowi.

Prabowo-Sandiaga saat itu mendapat suara 68.650.239 atau 44,5 persen, tertinggal jauh dari Jokowi-Ma'ruf yang mengantongi 85.607.362 suara atau 55,5 persen.

Kendati gagal, tak lama Gerindra merapat ke pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Prabowo bahkan dipercaya Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.

Setahun Kabinet Indonesia Maju berjalan atau akhir Desember 2020, Sandiaga Uno juga bergabung dengan pemerintah dan ditunjuk sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menggantikan Wishnutama.

Keempat kali

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, jika Prabowo benar-benar mencalonkan diri di Pilpres 2024, maka jejaknya sebagai wajah lama di pilpres bisa menjadi kelemahannya.

Tak menutup kemungkinan masyarakat jenuh dengan pencalonan Prabowo.

"Dari sisi branding, personal branding, beliau bukan wajah fresh. Jadi sosok yang sudah berkali-kali maju dan yang jadi lawan pertamanya adalah kejenuhan dari masyarakat," kata Yunarto kepada Kompas.com, Jumat (11/8/2022).

Baca juga: Prabowo Singgung Peran Jokowi di Balik Kedekatannya dengan Cak Imin

Sementara, kata Yunarto, di pilpres mendatang diprediksi ada banyak wajah baru seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Boleh jadi, masyarakat lebih memilih memberikan suaranya pada sosok baru tersebut ketimbang ke figur lama yang telah berulang kali tampil di pilpres.

Namun demikian, menurut Yunarto, berpengalaman di tiga kali pilpres juga bisa menjadi keunggulan bagi Prabowo. Setidaknya, Menteri Pertahanan itu punya pengalaman panjang dalam membangun komunikasi dan hubungan emosional dengan para pendukungnya.

"Ini yang tidak dimiliki oleh Ganjar dan Anies," ujarnya.

Selain itu, memiliki partai yang besar dan solid juga mungkin menjadi keuntungan bagi Prabowo. Kader Gerindra diyakini bakal mendukung pencalonan pimpinannya itu.

Lalu, lanjut Yunarto, latar belakang sebagai orang yang pernah lama berkarier di militer juga bisa menjadi keuntungan bagi mantan Pangkostrad itu.

"Sebagian masyarakat masih melekat secara emosional kalau dibandingkan dengan masa Orde Baru kan ada ikatan emosional antara negara dengan latar belakang militer," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com