Saat itu, Prabowo lagi-lagi harus berhadapan dengan Jokowi. Petahana tersebut menggandeng Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin.
Pasangan Jokowi-Ma'ruf diusung oleh PDI-P, Golkar, PKB, Nasdem, PPP, dan Hanura.
Pilpres 2019 pun menjadi momen ketiga Prabowo menelan kekalahan di pilpres. Untuk kedua kalinya, Prabowo gagal mengungguli Jokowi.
Prabowo-Sandiaga saat itu mendapat suara 68.650.239 atau 44,5 persen, tertinggal jauh dari Jokowi-Ma'ruf yang mengantongi 85.607.362 suara atau 55,5 persen.
Kendati gagal, tak lama Gerindra merapat ke pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Prabowo bahkan dipercaya Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.
Setahun Kabinet Indonesia Maju berjalan atau akhir Desember 2020, Sandiaga Uno juga bergabung dengan pemerintah dan ditunjuk sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menggantikan Wishnutama.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, jika Prabowo benar-benar mencalonkan diri di Pilpres 2024, maka jejaknya sebagai wajah lama di pilpres bisa menjadi kelemahannya.
Tak menutup kemungkinan masyarakat jenuh dengan pencalonan Prabowo.
"Dari sisi branding, personal branding, beliau bukan wajah fresh. Jadi sosok yang sudah berkali-kali maju dan yang jadi lawan pertamanya adalah kejenuhan dari masyarakat," kata Yunarto kepada Kompas.com, Jumat (11/8/2022).
Baca juga: Prabowo Singgung Peran Jokowi di Balik Kedekatannya dengan Cak Imin
Sementara, kata Yunarto, di pilpres mendatang diprediksi ada banyak wajah baru seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Boleh jadi, masyarakat lebih memilih memberikan suaranya pada sosok baru tersebut ketimbang ke figur lama yang telah berulang kali tampil di pilpres.
Namun demikian, menurut Yunarto, berpengalaman di tiga kali pilpres juga bisa menjadi keunggulan bagi Prabowo. Setidaknya, Menteri Pertahanan itu punya pengalaman panjang dalam membangun komunikasi dan hubungan emosional dengan para pendukungnya.
"Ini yang tidak dimiliki oleh Ganjar dan Anies," ujarnya.
Selain itu, memiliki partai yang besar dan solid juga mungkin menjadi keuntungan bagi Prabowo. Kader Gerindra diyakini bakal mendukung pencalonan pimpinannya itu.
Lalu, lanjut Yunarto, latar belakang sebagai orang yang pernah lama berkarier di militer juga bisa menjadi keuntungan bagi mantan Pangkostrad itu.
"Sebagian masyarakat masih melekat secara emosional kalau dibandingkan dengan masa Orde Baru kan ada ikatan emosional antara negara dengan latar belakang militer," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.