Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Poros Tengah yang Usung Gus Dur di Pemilihan Presiden 1999

Kompas.com - 24/07/2022, 10:00 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi partai politik yang bernama Poros Tengah adalah salah satu kelompok yang ikut mendukung Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sehingga terpilih menjadi presiden Indonesia pada 1999.

Tokoh yang menggagas koalisi Poros Tengah adalah Amien Rais. Saat itu dia merupakan Ketua Umum Partai Amanat Nasional.

Koalisi Poros Tengah berisi kumpulan partai-partai Islam yang terbentuk selepas Presiden Suharto menyatakan berhenti dan berakhirnya rezim Orde Baru.

Pembentukan koalisi itu disebut sebagai langkah partai-partai berasas Islam untuk mengimbangi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Walau tidak menang mutlak, tetapi PDI-P meraih 34.000.000 suara atau hampir 34 persen dalam pemilihan umum legislatif yang digelar pada Juni 1999.

Baca juga: Air Mata Gus Dur Mengalir sebelum Terbitkan Dekrit

Saat itu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri diperkirakan berpeluang besar terpilih sebagai presiden dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Proses pemilihan presiden saat itu masih melalui mekanisme pemungutan suara di MPR.

Di sisi lain, PAN pada Desember 1998 menyatakan akan mengusung Amien Rais sebagai calon presiden. Namun, pada Pemilu 1999 mereka hanya mendapatkan 34 kursi di DPR.

Amien Rais sebagai tokoh penggerak reformasi pada awalnya mendukung Megawati.

Akan tetapi, sikapnya berbalik selepas pemilihan umum 1999 membentuk koalisi Poros Tengah.

Baca juga: Damai Sesaat di Istana, Kala Gus Dur Selesai Shalat Malam Jelang Dilengserkan MPR...

Salah satu alasan partai-partai Islam itu menolak mendukung Megawati sebagai presiden adalah karena persoalan gender.

Partai-partai yang saat itu bergabung dalam koalisi itu adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), PAN, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan (PK), dan Partai Bulan Bintang (PBB).

Kemunculan Gus Dur sebagai Presiden RI cukup mengejutkan, utamanya bagi warga Nahdlatul Ulama (NU).

Alasannya, hingga detik-detik terakhir Sidang Umum MPR 1999, sosok capres lebih mengarah kepada Habibie atau Megawati.

Baca juga: Cerita Wartawan Saat Gus Dur Dilengserkan: Menginap di Istana hingga Antarkan ke Lapangan Monas

Di samping itu, PKB sebagai partai yang didirikan Gus Dur hanya menduduki peringkat ketiga dalam Pemilu. Alasan lain, tentu saja adalah masalah kesehatan.

Berangkat dari fakta-fakta itu, Poros Tengah yang dikomandoi Amien Rais mencalonkan Gus Dur pun awalnya tak ditanggapi serius oleh banyak kalangan termasuk warga NU.

Mereka juga menganggap Poros Tengah Amien Rais ini hanyalah kelompok Islam yang kecewa lantaran kalah Pemilu.

Selain itu, kekuatan Poros Tengah sendiri tidak realistis.

Terakhir, warga NU curiga Poros Tengah hanya akan mengorbankan Gus Dur dan hendak memisahkannya dari Megawati, tetapi ujung-ujungnya menghendaki tampilnya Habibie.

Baca juga: Ramos Horta: Gus Dur Orang Indonesia Pertama yang Bahas Referendum Timor Leste

Ternyata Poros Tengah serius. Di samping keseriusan Poros Tengah, Pemilu 1999 bisa dibilang hampir dimenangkan oleh komunitas NU.

Karena, selain terkonsentrasi di PKB, para politisi NU juga menyebar di partai-partai lain seperti PPP, PNU, PKU, Golkar, PDI, serta PK. Dengan pertimbangan-pertimbangan rasional tersebut, Gus Dur pun bersedia dicalonkan sebagai Presiden.

Koalisi Poros Tengah kemudian mengusung Gus Dur sebagai calon presiden untuk menghadapi Megawati dan B.J. Habibie dalam pemungutan suara di MPR.

Proses pemilihan digelar dalam 2 tahap, yakni pada 20 Oktober 1999 untuk memilih presiden dan 21 Oktober untuk memilih wakil presiden.

 *** Local Caption *** Pidato Presiden RI -  Presiden BJ Habibie dan Presiden terpilih KH Abdurrahman Wahid pada Sidang Paripurna MPR, Rabu (20/10) malam menjelang pengucapan Sumpah Jabatan Presiden keempat RI periode 1999 - 2004.

Terkait berita Kompas, 21-10-1999, 1.
Judul Amplop : Presiden GusdurArbain Rambey *** Local Caption *** Pidato Presiden RI - Presiden BJ Habibie dan Presiden terpilih KH Abdurrahman Wahid pada Sidang Paripurna MPR, Rabu (20/10) malam menjelang pengucapan Sumpah Jabatan Presiden keempat RI periode 1999 - 2004. Terkait berita Kompas, 21-10-1999, 1. Judul Amplop : Presiden Gusdur

Dalam pemilihan presiden pada 20 Oktober 1999, Abdurrahman Wahid mendapatkan 373 suara. Dia mengalahkan Megawati Soekarnoputri yang mendapatkan 313 suara.

Sedangkan dalam pemilihan Wakil Presiden pada 21 Oktober 1999, Megawati mendapatkan 396 suara. Pesaingnya, yakni Ketua Umum PPP Hamzah Haz mendapatkan 284 suara.

Dari hasil pemungutan suara di MPR menghasilkan pasangan yakni Gus Dur sebagai Presiden dan Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden. Keduanya langsung dilantik pada hari pemungutan suara.

(Penulis : Estu Suryowati | Editor: Sabrina Asril)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Cak Imin Sebut Pemerintahan Jokowi Sentralistik, Kepala Daerah PKB Harus Inovatif

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com