JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Republik Demokratik Timor Leste Jose Ramos Horta mengatakan, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah orang Indonesia pertama yang membahas referendum Timor Leste.
Dalam wawancara dengan Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosiana Silalahi dalam Program "Rosi", Kamis (22/7/2022), Ramos Horta mengenang percakapannya soal referendum dengan Gus Dur.
Pada tahun 1980-an, ada kongres yang diorganisir oleh organisasi Katolik nirlaba, CCFD-Terre Solidaire di Perancis.
Dirinya hadir saat itu, tapi tidak dalam kapasitasnya sebagai "orang penting". Sementara Gus Dur hadir sebagai tamu undangan.
"(Dalam kongres tersebut) dia (Gus Dur) bilang, 'ada orang yang ingin kemerdekaan, ada yang tidak. Ayo kita adakan referendum'. Ya, dia (orang pertama yang berbicara) mengenai referendum. Saya terkejut," ucap Jose Ramos Horta, Kamis.
Baca juga: Ramos Horta: 20 Tahun Timor Leste Merdeka, Kami Tak Pernah Hina Indonesia
Pertemuan itu sangat berkesan. Sejak saat itu, Gus Dur menjadi sosok yang amat membekas di benaknya.
Ia pun kembali menyapa Gus Dur setelah acara tersebut selesai, bahkan berjalan beriringan mengunjungi sejumlah stan di dalam kongres.
Setelah rangkaian acara kongres selesai, Ramos Horta mengaku kerap berhubungan dengan Gus Dur.
"Dia berbicara sangat sederhana. Dia bicara soal Timor Leste, saya terkejut dan bahagia. Tokoh Indonesia pertama yang berbicara tentang Timor Leste," tuturnya.
Hingga akhirnya dirinya bertemu lagi dengan Gus Dur saat Timor Leste sudah lepas dari Indonesia.
Baca juga: SBY Beri Hadiah Lukisan Lambang Persahabatan RI-Timor Leste ke Ramos Horta
Saat itu, Gus Dur menjabat sebagai Presiden ke-4 RI dan Xanana Gusmao menjabat sebagai Presiden pertama Timor Leste.
Ramos Horta tak menyebut jelas agenda apa sehingga petinggi Timor Leste datang ke Indonesia.
Namun, saat dirinya dan Xanana hendak kembali ke Timor Leste, Gus Dur mengantar mereka.
Gus Dur disebut menyempatkan diri datang ke bandara melepas kepergian Xanana dan rombongan.
Momen itu lantas dimanfaatkan Ramos Horta untuk bertanya dan mengingat kembali pertemuan pertama di tahun 1980-an dengan Gus Dur.
Tak disangka, Gus Dur mengingatnya dengan jelas.
Baca juga: Ramos Horta Bersyukur Indonesia Dukung Pembangunan di Timor Leste
"Ternyata dia sangat detail mengingat di mana kami bertemu, dibandingkan ingatan saya. Di mana acara itu berlangsung. Jadi dia ingat semuanya. Dia adalah manusia yang hebat, pemimpin moral yang hebat, bukan hanya bagi Indonesia tapi juga dunia," katanya.
Kenangan-kenangan dengan Gus Dur itulah yang membuat Ramos Horta menyambangi kantor PBNU di sela-sela kunjungan kenegaraan.
Dia juga menyambangi kantor Muhammadiyah dan mengusulkan keduanya menjadi penerima Nobel Perdamaian.
Menurutnya, NU dan Muhammadiyah layak atas penghargaan tersebut karena sudah terbukti memiliki peran dalam beragam isu kemanusiaan.
"Dua organisasi ini sangat layak mendapatkan Nobel perdamaian. Saya melihat sejak dahulu NU dan Muhammadiyah mempunyai peran yang sangat penting dalam menyuarakan perdamaian,” kata Ramos Horta saat berkunjung ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2022).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.